Oleh Moh. Fatkhul Maskur Handaka Santosa (bisnis.com)Soal mal dan pusat perbelanjaan, Handaka Santosa adalah jawaranya. Memulai karier sebagai direktur Plaza Gajah Mada pada 1981, pria santun dan rendah hati ini kemudian sukses membawa Sogo Indonesia menjadi department store terbagus pada zamannya. Sosok alumnus Universitas Diponegoro ini pun kembali membuktikan kemampuannya dengan mewujudkan Senayan City sebagai trend setter baru pusat perbelanjaan di Indonesia. Saat wawancara dengan Bisnis Indonesia, sang CEO tak hanya bercerita soal strategi bisnisnya, tetapi juga tentang kepemimpinan, persaingan, hingga kunci sukses berorganisasi dan berkeluarga. Berikut petikannya: Bagaimana dinamika perjalanan Senayan City? Sejak awal saya memegang proyek ini, menarik. Yang saya kejar ialah menjadikan bagunan sesuai dengan desain. Anda lihat desain ini tidak ada yang beda dengan bagunannya, lengkungan, lampulampu, sampai kotak tempat billboard. Persis. Kami buka awal 2006. Pada masa awal, target kami mencari tenant. Lalu tahap operasional, bagaimana menjadikan mal ini sebagai tren untuk orang datang. Apa yang saya sediakan membuat customer menjadi dekat. Di sini katanya high brand, sebenarnya Plaza Senayan di seberang fondasinya sudah dalam sekali. Dia dibuka pada 1996, belasan tahun lebih awal. Kenapa orang berbelanja ke kami, itu yang kita bikin dengan image, dan customer satisfaction. Saat Anda ke sini, ada renovasi. Setelah 5 tahun lebih berdiri, perlu berbedak. Dari depan saya make-up, dalamnya juga, terus fasilitasnya, seperti musala. Kami tidak bisa puas dengan apa yang ada. Kita 90% mayoritas muslim, customer juga. Kenapa saya tidak manjakan? Makan di sini, salat, bertemu tamu, dari kantor ketemu anak, suami di sini, makan malam lalu pulang. Ini untuk menyenangkan customer. Mereka menjadi terikat. Tujuannya? Menguntungkan bagi investasi. Orang berinvestasi di toko tidak bisa didiamkan, harus di-maintain. Kami harus pandai menyediakan rumput untuk dimakan sapi, lalu kita perah susunya. Bukan kita potong sapinya, sekali makan besar, setelah itu habis. Itu yang sering tak diingat. Kami punya lebih dari 300 tenant. Kalau ada tenant tidak perform, saya carikan pengganti, dan uangnya dikembalikan. Dari sini mereka tahu kami tidak hanya mengambil uang mereka tetapi bisnis, kesinambungan. Situasi sulit yang pernah Anda hadapi? Bukan sulit, tetapi tentang masa yang harus kita lewati. Saat baru buka, penyelesaian tempat tidak bareng. Satu toko masih di-ketok-ketok, satunya masih berdebu. Kami harus banyak komunikasi dengan tenant. Misalnya, Optik Melawai yang punya lebih dari 50 toko. Kalau di sini masih sepi tidak terasa dampaknya. Saya sampaikan, sorry ini belum selesai, masih ini-itu. Hubungan kan, jadi enak, relasinya bukan hanya bisnis tetapi personal. Pernahkah merasa keliru dalam mengambil keputusan? Keputusan bisa keliru kalau tidak pakai pertimbangan. Kalau ada yang tidak setuju dengan keputusan saya, yaa ada. Kenapa? Kalau memutuskan sesuatu, kita meminimalkan hal negatif dan memaksimalkan yang positif. Pada 2008 ada krisis global karena subprime mortgage. Perusahaan lain mengurangi karyawan, saya tidak 1 orang pun. Ini karena dari awal saya memakai tenaga sesuai dengan keperluan, tidak lebih dari satu orang pun. Dalam rapat itu saya kemukakan. Para manajer, ini yang saya ajarkan saat Anda meminta tambahan orang, dan selama ini tidak saya beri [persetujuan]. Pertimbangannya, bisnis adalah bisnis. Kalau uangnya lebih ya, bagi bonus double daripada merekrut karyawan melebihi keperluan. Dan, sudah 3 tahun ini kami selalu membagi bonus setahun dua kali. Bukan THR lho. Apa keputusan yang paling strategis? Selama krisis saya bagi bonus dua kali. Mereka memang terima THR, tetapi itu buat Lebaran. Saat Anda ke sini, tidak ada satu pun karyawan, karena semua general manajer dan manajer tanpa terkecuali dikirim jalanjalan ke Dubai, London, Paris, 10 hari. Baru pulang Rabu depan [7 Maret]. Ada 21 orang. Saya ingin mereka ada kebersamaan, dan kompak. Bareng-bareng itu kan family. Padahal, cara yang sehat, mereka itu dibagi dua, separuh berangkat dulu, separuh kemudian. Kadang pemikiran saya nyentrik, kalian berangkat saja semua, saya tangani sendiri. Saya kadang cek lapangan, bukan saya tidak percaya pada anak buah, saya orangnya detail, dan saya nikmati. Ini soal hati. Di luar bisnis saya punya kewajiban. Soal air tanah saya ajari mereka. Kami ini tak pakai air tanah setetes pun, saya pakai air PAM, pembuanganya ke site treatment plant. Air yang belum murni masuk water treatment plant, ke sirkulasi, dan keluar sudah bening. Rencana 1-2 tahun ke depan? Setelah 5 tahun berdiri saya harus merenovasi wajah sehingga lebih menarik, dan pelayanan ditingkatkan. Senayan City tak bisa lagi di-develop ke kiri ke kanan. Area terbatas. Tinggal kualitas, kita buktikan. Selain itu? Menjaga merchandise mix sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Orang salahnya kadang di situ, punya gedung cantik tetapi merchandise mix tak dijaga. Karena itu, memilih toko itu jangan asal masuk mal karena bisa bayar mahal, tetapi harus sesuai dengan segmen pasar. Ojo dumeh iso mbayar. Bagaimana Anda memersepsikan pesaing? Waktu kita buka, ada juga teror. Ini sudah over supply, you're dying. Saya bilang tidak, kebutuhan itu naik terus. Pendapatan per kapita naik, spending power orang Indonesia kuat. Kita kembali ke 1998, bisa pulih kenapa? Karena konsumsi domestik. Begitu juga 2008, yang perekonomiannya bertumbuh positif itu cuma Indonesia, China, dan India. Persaingan? Bukan saling membunuh. Waktu itu sudah ada Plaza Senayan yang hebat, dagangan bagus-bagus, dan buktinya sekarang kita hidup berdampingan, dan saling melengkapi. Misalnya ada orang mau ke mana? Ke senayan saja, ada Plaza Senayan, Senayan City, dan FX. Seperti di Orchat, di sana semua toko. Tapi tidak ada yang saling membunuh, semua hidup. Kita juga begitu, saling mendukung. Persaingan itu bukan antarmal, tetapi antararea. Ada keputusan yang ditentang karyawan? Saya ini terbuka. Saya didik karyawan berpikiran detail. Saya mau bikin sesuatu dianggar semua, dan setelah itu dialog, sampai malam. Jadi bukan sesaat, setelah ingat kita jalankan. Kita ajak dari awal, ada planning, tidah impuls idea. Siapa di balik sukses Anda? Itu garis tangan dari Allah. Saya selalu dikasih pegangan yang menarik terus. Saya selalu bersyukur, dan bertanggungjawab dengan pekerjaan saya. Pertama saya terjun, pegang Gajah Mada Plaza. Gajah Mada Plaza. Dulu the best, hanya ada Duta Merlin, dan Glodok Plaza, sama Pasar Baru. Setelah itu saya menangani Sogo 17 tahun. Tidak pernah saya menangani perusahaan 2 tahun terus pindah, Gajah Mada Plaza 8 tahun. Ini tempat saya ketiga. Kenapa lama, biasanya orang kan cepat pindah? Saya sangat ingin melakukan sesuatu itu ada hasilnya. Itu butuh waktu lama. Dan, saya tidak ingin hanya mengejar karier, tetapi ada hubungan batin antara kita dan perusahaan. Baru 2 tahun pindah, hanya dapat gaji. Menyiapkan kader? Ya. kadang, soal kepemimpinan itu adalah suatu yang memerlukan konsideran. Orang tidak menyiapkan kader, kadangkadang karena takut digeser atau tidak mampu menyiapkan. Bagi saya, kader itu memperingan pekerjaan. Kita ada kualitas, kenapa takut? Seperti produk, kalau berkualitas dicari orang. Itu prinsip. Karena itu, dalam beberapa kesempatan saya tak sendiri. Ada chief operation officer. Itu yang disiapkan. Bagaimana memotivasi karyawan? Dari diri kita dulu kasih contoh. Kalau di mal ada sampah tergeletak, saya masukkan tempat sampah. Kalau kita dibegitukan oleh atasan kita, sebagai orang timur, kan malu, ada rasa ingin mengikuti. Saya tidak ngebossi, atau kasar. Yang salah itu kalau ada bos yang ingin santai tetapi anak buah disuruh kerja keras. Memang sebagai pimpinan tidak harus kerja keras seperti di lapangan tetapi lebih banyak mikir. Di mana kita perlu kerja ya, kerja keras. Sampai kapan akan bekerja? Saya orangnya aktif. Kalau toh pensiun saya ingin nulis buku. Sekarang mau nulis belum bisa waktunya. Saya juga berbangga aktif di banyak organisasi, tujuannya bisa lebih memberi warna. Bagaimana kiat sukses di dua hal itu? Bekerja keras. Saya kerap makan di mobil. Bagaimana berkomunikasi dengan keluarga? Saya kalau ada waktu selalu memanfaatkan buat keluarga. Makan siang pun, tinggal call istri, makan siang bareng. Karier berhasil, keluarga tidak berhasil itu tidak bagus. Anak saya tiga, cucu ada dua, yang gede 6 tahun. Kiatnya tetap segar? Saya tetap bersyukur sama Allah. Saya lagi capek bersyukur, apalagi lagi saat senang dan bahagia. Coba Anda yang muda, Anda syukuri dan cari sesuatu yang lebih lagi. Kadang orang mengatakan ini tidak enak, yaa syukuri dulu, cari yang lebih lagi. Allah pasti lihat, salahnya orang kan apatis, diam saja. Olahraga? Dalam hidup saya, yang kurang yaa satu itu. Kalau hal yang lain diadu saya berani. Karena tidak ada waktu, tak pernah olahraga sama sekali. Saya member fitnes di sini sudah 6 tahun, member golf di samping, sekali pun belum pernah terpakai. Tetapi yaa kembali bersyukur dikasih pekerjaan banyak banget, bergerak terus, ganti proyek ganti sepatu, aktif, itu seperti berolahraga. Siapa tokoh idola? Seorang pemimpin yang diam tetapi punya program, saya menilai lebih. Seperti Pak Harto [Presiden Soeharto] itu bagus. Saya ini Jawa, kadang kadang yaa, banyak diam juga. Bagaimana menghadapi nuansa KKN? Dalam usaha banyak tawaran dari saudara, teman, tetapi yang saya laku kan lewat prosedur dan ko mite. Entah solar, atau ka bel listrik, harus melalui perbandingan purchase, tidak pernah “harap diterima“ sekalipun. Dengan berjalan bersih, good corporate governance, membuat kita lebih langgeng dan rasanya lebih enak. *) Wawancara ini diadopsi dari Rubrik LUNCH with CEO harian Bisnis Indonesia edisi 7 Maret 2012. Untuk membaca berita-berita dan memperoleh referensi terpercaya dari Bisnis Indonesia, silahkan klik epaper.bisnis.com. Anda juga bisa berlangganan epaper Bisnis Indonesia dengan register langsung ke Bisnis Indonesia edisi digital.
Handaka Santosa, tak ingin hanya mengejar karier
Oleh Moh. Fatkhul Maskur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium