Bisnis.com, BANDUNG - Harga cabai merah tanjung dan cabai merah keriting di pasar tradisional di Kota Bandung terus mengalami lonjakan. Saat ini harga cabai tanjung Rp70.000/kg dan cabai merah keriting Rp60.000/kg.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung, Elly Wasliah mengatakan, seharusnya harga eceran tertinggi (HET) untuk cabai merah tanjung adalah Rp35.000 dan untuk cabai merah keriting adalah Rp30.000.
"Hasil pantauan kita di tujuh pasar di Kota Bandung," kata Elly kepada Bisnis, Senin (21/12/2020).
Sebelumnya, harga komoditas cabai-cabaian di Kota Bandung mengalami lonjakan yang cukup tinggi. Hal tersebut diakibatkan oleh banyaknya gagal panen yang diakibatkan oleh intensitas hujan yang cukup tinggi akhir-akhir ini.
Berdasarkan hasil pantauan sebelumnya, harga cabai merah tanjung melonjak menjadi Rp63.500/kg dan sekarang mencapai Rp70.000.
Kemudian, untuk harga cabai merah keriting mengalami lonjakan hingga dari sebelumnya Rp56.400/Kg menjadi Rp60.000/kg. "Ini kenaikannya kurang lebih di 88 persen," ungkapnya.
Sedangkan untuk harga cabai rawit merah, dari harga acuan normalnya di Rp35.000, harganya meroket di Rp53.500. "Jadi ada kenaikan dari harga acuan Rp18.500 kenaikan 52 persen," jelasnya.
Selain komoditas cabai-cabaian, lonjakan harga juga terjadi pada komoditas lain seperti telur ayam, daging ayam ras hingga gula pasir. Untuk telur ayam ras, HET seharusnya di harga Rp24.000 namun berdasarkan pantauan harga mengalami lonjakan menjadi Rp26.500.
"Ada kenaikan di atas HET Rp2.500, kurang lebih naik 10 persen," ungkapnya.
Lalu untuk daging ayam ras, alami kenaikan tipis dari HET Rp35.000 menjadi Rp35.700.
"kemudian ada harga gula pasir HET nya Rp12.500 kemarin kita temukan di Rp13.500, jadi kita temukan Rp1.000 di atas HET," imbuhnya.
Elly menyebut, penyebab terjadinya lonjakan harga sejumlah komoditas harga pokok di tujuh pasar tradisional yang telah ia pantau adalah lantaran terjadinya intensitas hujan tinggi d sejumlah daerah pemasok komoditas yang alami kenaikan harga ini.
"Kalau sayuran itu tergantung cuaca ya, kita kan sekarang musim penghujan, jadi ada yang gagal panen, ke dua ada serangan hama dan ke tiga kualitasnya kurang bagus karena banyak kandungan air. Jadi kualitas cabenya banyak mengandung air dan cepat busuk. Jadi para pedagang tidak berani menyetok cabai-cabaian dalam kondisi yang banyak karena takut busuk," jelasnya.
Sementara itu, Dedi (43) salah saeorang pedagang sayur di Pasar Ujungberung, Kota Bandung mengaku saat ini cabai yang ia jual sudah jarang dibeli oleh konsumen biasa. Pasalnya harga cabai-cabaian yang ada di pasaran relatif tinggi. Sehingga ia pun memutuskan tidak menyimpan stok terlalu banyak lantaran barang sulit keluar.
"Saya secukupnya saja dari pada nanti busuk, karena yang beli pun kaget dengar harga segitu," jelasnya. (k34)