Bisnis.com, CIREBON- Kabupaten Cirebon mencatatkan sebagai salah satu dari lima daerah dengan tingkat partisipasi masyarakat paling rendah dalam Pilkada serentak Jawa Barat 2024. Angka golongan putih (golput) di wilayah tersebut hampir 50%.
Dengan tingkat partisipasi hanya 59,56%, angka ini jauh dari harapan untuk menciptakan proses demokrasi yang partisipatif. Data menunjukkan dari 1.744.235 daftar pemilih tetap di Kabupaten Cirebon, hanya 987.062 orang yang hadir untuk memberikan suara.
Tingkat partisipasi ini menempatkan Kabupaten Cirebon di peringkat keempat terendah di Jawa Barat. Daerah lain dengan tingkat partisipasi rendah adalah Kota Bekasi (55,05%), Kabupaten Sukabumi (56,32%), Kabupaten Bogor (58,79%), dan Cianjur (61,72%).
Sosialisasi yang kurang masif, baik oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) maupun pemerintah daerah, berpotensi membuat masyarakat merasa apatis terhadap proses politik.
Hal ini juga dapat diperburuk oleh faktor lain seperti aksesibilitas tempat pemungutan suara, minimnya kepercayaan terhadap kandidat, atau bahkan ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah sebelumnya.
Selain itu, rendahnya partisipasi juga bisa menjadi sinyal lemahnya pendidikan politik masyarakat. Pilkada sebagai instrumen penting dalam menentukan arah kebijakan daerah seharusnya mendapatkan perhatian serius dari semua pihak, termasuk pemerintah, lembaga penyelenggara pemilu, dan organisasi masyarakat sipil.
Baca Juga
Pilkada Kabupaten Cirebon 2024 menjadi sorotan publik dengan munculnya gelombang seruan golongan putih (golput) di berbagai platform media sosial.
Beragam poster digital dengan pesan seperti “Golput Adalah Hak” dan “Tidak Ada Pilihan yang Layak” viral di dunia maya. Hashtag #GolputCirebon bahkan menjadi tren lokal, menunjukkan intensitas diskusi warga tentang pentingnya kualitas pemimpin daerah yang akan datang.
Gelombang seruan golput ini dipicu oleh rasa ketidakpuasan warga terhadap kualitas para kandidat yang dinilai tidak cukup memenuhi harapan.
Banyak warga menilai rekam jejak dan visi-misi calon masih kurang memberikan solusi atas masalah utama di Kabupaten Cirebon, seperti ketimpangan pembangunan, pengangguran, dan kurangnya transparansi dalam pemerintahan.
Seorang pengguna media sosial, melalui akun Facebook KOCI mengungkapkan permasalahan yang dihadapi.
"Saya sudah pelajari program kerja mereka, tapi semuanya hanya janji-janji tanpa bukti nyata. Pilihan yang ada tidak memberikan harapan untuk perubahan," tulis netizen tersebut.
Namun, seruan golput ini tidak lepas dari perdebatan. Beberapa warga mendukung golput sebagai bentuk protes politik yang sah, sementara yang lain menentang, dengan alasan bahwa tidak menggunakan hak pilih justru akan memperburuk situasi.
“Golput bukan berarti tidak peduli, tapi ini adalah cara kami menunjukkan ketidakpuasan terhadap sistem yang ada,” ujar seorang warganet yang mendukung golput.