Bisnis.com, BANDUNG - Tim dari Kantor Staf Presiden sudah melakukan peninjauan penanganan hulu sungai Citarum untuk melihat progres pengerjaan program Citarum Harum.
Ketua Harian Satgas Citarum Harum Mayjen TNI (Purn) Dedi Kusnadi mengatakan, sejak Perpres Citarum Harum dikeluarkan pada 2018, sudah banyak penanganan yang dilakukan di sepanjang DAS Citarum, termasuk di wilayah hulu.
”Stafnya Pak Moeldoko melakukan peninjauan di hulu. Kemarin meninjau IPAL Komunal limbah domestik di wilayah Karawang atau sektor 18," tutur Mayjen TNI (Purn) Dedi dalam pernyataan yang dikutip, Rabu (18/11/2020).
Hulu merupakan bagian terpenting dalam menangani pencemaran sungai Citarum, sejak dari hulu kualitas air harus dijaga baik dari pencemaran, sedimentasi maupun ketersediaan air.
Tim dari Kantor Staf Presiden melakukan peninjauan pembangunan IPAL ternak Komunal di Blok Lodaya, Desa Tarumajaya yang akan mengolah limbah kotoran ternak bagi 200an sapi milik warga.
Limbah dari kotoran ternak menjadi salah satu masalah pencemaran di wilayah hulu. Menurut Dedi dengan adanya IPAL ternak komunal diharapkan bisa mengurangi beban pencemaran sungai citarum.
"Memang belum menyeluruh, karena masih ada yang ternak tersebar, tapi akan ditangani secara bertahap," ujarnya.
Selain meninjau pembangunan IPAL limbah ternak komunal, tim dari Kantor Staf Presiden juga melakukan peninjauan di Situ Cisanti yang menjadi KM 0 Citarum.
"Memang penanganan citarum ini harus diawali dari hulu. Hutan di Situ Cisanti ini harus dipelihara, tidak boleh ada perambahan. Dengan menjaga hutan, selain bisa menjaga kuantitas dan kualitas air di sungai Citarum, juga bisa mencegah terjadinya erosi akibat air hujan yang langsung mengalir ke sungai tanpa diserap pohon dulu," paparnya.
Di wilayah hulu penanganan lahan kritis masih harus dilakukan, mengingat banyak masyarakat yang menggantungkan hidup dari bertani. Menurut Ketua Harian Satgas Citarum Harum, pihaknya terus melakukan edukasi kepada masyarakat.
Penanaman pohon keras juga terus dilakukan. Untuk mencegah perambahan hutan, pihaknya bekerjasama dengan pelbagai pihak, seperti Perhutani. Di lahan-lahan milik perhutani dilakukan penanaman pohon keras yang ditumpang sahelangi penanaman kopi.
"Kopi memiliki nilai ekonomis tinggi, diharapkan kedepan masyarakat tidak lagi bertani sayuran dan beralih ke kopi, sehingga beban sedimentasi terus berkurang," katanya.
Dedi melanjutkan, pihaknya juga terus melakukan edukasi kepada masyarakat di wilayah hulu, mengingat masih banyak masyarakat membuang limbah domestik ke sungai.
"Kami berpesan kepada masyarakat, khususnya di wilayah hulu untuk terus memelihara hutan agar sumber air terpelihara. Untuk limbah domestik, kami juga imbau agar warga bisa melakukan pengurangan membuang limbah rumah tangganya ke sungai, buat dulu setidaknya safety tank dan IPAL komunal, juga kurangi limbah plastik," imbaunya.
Di bagian hilir, penegakan aturan juga terus dilakukan. Pencemaran dari limbah industri saat ini sudah lebih baik dibanding dengan sebelum ada program Citarum Harum.
"Kepatuhan industri sudah mulai bagus, walaupun masih ada juga yang nakal, ngumpet saat malam atau hujan membuang limbah secara langsung ke sungai. Ini harus dikejar oleh petugas lapangan," tutupnya.