Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tidak Ada Isyarat Harga Pangan di Cirebon Turun Pascalebaran

Dua pekan pascalebaran Idulfitri 2025, tidak ada isyarat penurunan harga kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Cirebon.
Pedagang menyortir cabai di pasar induk Kramat Jati, Jakarta, Minggu (16/3/2025). Bisnis/Abdurachman
Pedagang menyortir cabai di pasar induk Kramat Jati, Jakarta, Minggu (16/3/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, CIREBON -  Dua pekan pascalebaran Idulfitri 2025, tidak ada isyarat penurunan harga kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Sejumlah komoditas pangan seperti minyak goreng, gula pasir, beras hingga telur ayam masih bertahan tinggi di level harga menjelang Lebaran.

Pantauan di Pasar Sumber dan Pasar Pasalaran, Senin (14/4/2025), harga minyak goreng curah masih bertahan di angka Rp20.000 per kilogram. Sementara, minyak goreng kemasan berada di angka Rp21.000 per kilogram.

Harga tersebut tidak menunjukkan penurunan signifikan meski masa puncak permintaan Lebaran telah lewat.

"Minyak masih mahal. Padahal biasanya habis Lebaran suka turun, tapi sekarang enggak. Sudah dua minggu begini terus," ujar Ani, seorang pedagang sembako di Pasar Sumber, Senin (14/4/2025).

Senada, harga gula pasir premium masih tinggi di angka Rp19.000 per kilogram. Telur ayam ras pun masih bertengger di harga Rp27.500 per kilogram. Harga beras kualitas super pun belum menunjukkan penurunan, yakni tetap di kisaran Rp16.000 per kilogram.

Harga daging sapi segar juga masih menyentuh Rp150.000 per kilogram, tanpa perubahan dari harga menjelang Lebaran. Bumbu dapur seperti bawang merah dan bawang putih pun mengalami hal serupa. 

Bawang merah dijual seharga Rp50.000 per kilogram, sedangkan bawang putih tembus Rp51.000 per kilogram.

Salah satu pedagang bumbu, Iwan di Pasar Sumber menyebutkan, harga bawang belum stabil karena pasokan dari luar daerah tersendat. "Biasanya habis Lebaran ada jeda panen, jadi pasokan belum lancar. Harga masih tinggi," ujarnya.

Begitu juga dengan cabai rawit merah, yang tetap berada di angka Rp150.000 per kilogram. Harga tersebut dianggap paling tinggi selama bulan Ramadan hingga pascalebaran tahun ini.

Menurut Iwan, harga cabai rawit merah tinggi karena kondisi cuaca buruk yang sempat mengganggu panen di wilayah sentra produksi seperti Garut dan Majalengka.

Di tengah stagnannya sebagian besar harga pangan, hanya dua komoditas yang mengalami penurunan harga, yaitu daging ayam ras dan cabai rawit hijau. Daging ayam ras segar turun dari Rp32.500 menjadi Rp29.000 per kilogram. Sementara itu, harga cabai rawit hijau turun dari Rp55.000 menjadi Rp45.000 per kilogram.

Warga pun mulai mengeluhkan harga pangan yang masih tinggi. Salah satu warga Sumber, Siti mengaku kecewa karena harga bahan makanan pokok tidak juga turun meskipun Lebaran telah usai.

“Biasanya habis Lebaran harga turun, sekarang malah bertahan. Gaji belum naik, belanja malah makin mahal,” ujarnya sambil menunjukkan nota belanja yang membengkak.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper