Bisnis.com, CIREBON- Aktivitas penambangan batu di Gunung Kuda, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, kembali memakan korban. Tahun 2025 menjadi tahun paling mematikan sepanjang sejarah tambang tersebut, dengan jumlah korban meninggal dunia mencapai 21 orang.
Wakil Menteri Sosial Republik Indonesia, Agus Jabo Priyono, mengungkapkan keprihatinannya atas kejadian tragis tersebut. Ia menyebut, lokasi tambang batu di kawasan Gunung Kuda memang sejak lama dikenal rawan menelan korban jiwa.
“Setiap tahun selalu ada korban jiwa di tambang Gunung Kuda, entah satu atau dua orang. Namun tahun ini sangat mengejutkan, karena jumlah korban melonjak menjadi 21 orang,” kata Agus Jabo saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Cirebon, Selasa (3/6/2025).
Menurutnya, korban tewas terdiri dari para penambang yang terjebak dalam reruntuhan lubang tambang, mengalami kecelakaan kerja, dan tertimpa longsoran batu saat melakukan penambangan secara manual.
Aktivitas tambang di Gunung Kuda dilakukan secara tradisional dan ilegal. Lokasi tambang dikerjakan oleh masyarakat secara turun-temurun, dengan peralatan seadanya dan tanpa pengawasan dari instansi terkait.
Agus menyebutkan, perlunya pendekatan yang menyeluruh dalam menangani persoalan tambang ilegal ini. Dia menyatakan bahwa Kementerian Sosial akan berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga lain, termasuk Kementerian ESDM, untuk mencari solusi jangka panjang.
Baca Juga
“Kami akan mendorong program pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitar tambang agar mereka memiliki alternatif pekerjaan yang lebih aman,” kata Agus Jabo.
Operasi pencarian korban longsor di kawasan tambang batu Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, masih terus berlangsung hingga hari keenam, Rabu (4/6/2025).
Empat penambang belum ditemukan sejak insiden memilukan yang terjadi pada Jumat siang (30/5/2025) atau beberapa hari setelah hujan deras terus mengguyur wilayah tersebut dan menyebabkan tebing batu runtuh.
Adapun empat korban yang masih dalam pencarian yakni Muniah (45 tahun), warga Desa Cikeduk, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon; Heri Santono alias Tono bin Sardiman (60 tahun), warga Blok Gambir RT 004 RW 009 Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang;
Kemudian Dedi Setiadi (47 tahun), warga Desa Cikalahang, Kecamatan Dukupuntang; dan Nurhakiman (51 tahun), warga Desa Girinata, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon.
Sementara itu, korban yang telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia adalah Andri (41), Sukadi (48), Sunari (47), Sukendra (7), Dendi Hirnawan (40), Sarwah (36), Rusyaya (48), Rion Firmansyah (18), Rino Ahmad (28), Ikad Budiasro (47).
Kemudian, Tini (46), Wastoni Hamzah (25), Warasih (45), Suparta (42), Surani Darya (47), Satria bin Jumiar (44), Sundari (30), Nalo Sanjaya (53), Wahyu Galih (26), Sudiono (51), dan Puji Siswanto (50).
Para korban berasal dari berbagai wilayah di Kabupaten Cirebon dan sekitarnya, termasuk dari Bandung, Kuningan, Indramayu, dan Majalengka.