Bisnis.com, CIREBON - Darsono, petani di Tegalsari, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, tidak dapat menyembunyikan kegelisahannya. Di usia yang nyaris menginjak 70 tahun dia harus tetap bersusah payah mengurusi sawah, meskipun luasnya hanya 0,2 hektare.
Setiap harinya, Darsono harus mengecek kondisi tanaman. Apalagi, kemarau panjang akibat fenomena el nino di Kabupaten Cirebon belum juga usai. “Sudah tidak kuat sebenarnya. Tapi, anak-anak tidak yang mau turun ke sawah,” kata Darsono di Tegalsari Kabupaten Cirebon, Selasa (7/11/2023).
Kemarau panjang membuat Darsono harus memantau kondisi air di sawah setiap hari. Mengandalkan pompa minim tenaga, dia bersusah payah menyelamatkan padi yang kadung ditanam.
Tiga anak Darsono memilih bekerja sebagai buruh di pabrik komponen alat elektronik. Satu lainnya, memilih menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) di Taiwan sebagai asisten rumah tangga.
“Cemas juga, umur saya semakin tua. Kalau begini ceritanya, saya bakal menyerahkan sawah saya kepada penggarap. Nantinya tinggal bagi hasil saja,” ujar Darsono.
Kekhawatiran yang sama juga dirasakan Ahmad Badaruddin, 58, petani di Desa Jagapura Lor, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon. Selain mengeluarkan banyak tenaga, Ahmad masih harus memikirkan soal kelangkaan pupuk subsidi dan ketersediaan benih.
Baca Juga
Menurutnya, dia sangat memaklumi kalau anaknya tidak ingin menjadi petani. Harga pupuk yang kian mahal dan biaya produksi terus membengkak membuat Ahmad hanya bisa mengerutkan dahi.
“Persoalan itu buat anak saya ciut untuk menjadi petani seperti bapaknya. Memang payah, tetapi kondisi sebenarnya sudah seperti ini,” kata Ahmad.
Bagi Darsono dan Ahmad Badaruddin, luas yang kian mengecil membuat petani tidak segan melepas sawahnya. Alasannya, untuk kebutuhan anak sekolah, biaya pernikahan, hingga melunasi biaya perjalanan ibadah haji.
Namanya, Muh Yakub, 37. Dia warga Desa Karanganyar, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon. Lima tahun terakhir getol mengajak pemuda lainnya untuk turun ke sawah.
Bukan tanpa alasan. Yakub dibuat gelisah lantaran kian hari jumlah petani di Desa Karanganyar terus berkurang. Sementara, jumlah penduduk terus bertambah setiap tahunnya.
“Kalau jumlah penduduk meningkat, akan berimplikasi terhadap kebutuhan pangan. Gerakan mengajak pemuda ini sudah dilakukan sejak saya masih menjabat sebagai kepala desa,” ucap Yakub.
Di Desa Karanganyar terdapat 175 hektare lahan pertanian padi. Ratusan hektare lahan tersebut dikelola oleh enam kelompok tani dan satu di antaranya merupakan kelompok petani muda.
Petani muda yang tergabung dalam Kelompok Tani Jaya ini tidak main-main. Berbeda kelompok lain, Tani Jaya ini sengaja disiapkan oleh Yakub untuk melebur dengan para petani senior Karanganyar.
Tugas pemuda ini di antaranya, membantu petani melawan mata rantai niaga yang merugikan, meningkatkan cara budidaya tanaman padi, hingga membantu petani bisa mengakses permodalan.
“Mereka ini adalah orang yang tidak punya lahan tapi memiliki minat jadi petani dan paham teknologi. Jadi, kami bentuk kelompok untuk mereka bisa masuk ke kelompok lainnya. Pemuda ini bukan penyuluh, tetapi petani,” kata Yakub.
Kabupaten Cirebon berupaya mempertahankan posisi sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Permasalahan lambannya proses regenerasi petani harus segera dituntaskan.
Data Kabupaten Cirebon Dalam Angka 2023 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, luas panen tanaman padi di Kabupaten Cirebon pada 2022 adalah 91.730 hektare. Kecamatan Gegesik merupakan daerah dengan produksi padi paling tinggi, yaitu 10.497 ton.
Dengan produksi padi 701.059 ton, Kabupaten Cirebon surplus. Kebutuhan konsumsi padi untuk daerah perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah ini 250.800 ton. Artinya, ada kelebihan produksi sebanyak 450.259 ton yang bisa dikirim ke daerah lain.
Dibandingkan 2021, produksi padi Kabupaten Cirebon menurun. Pada 2021, panen padi hanya 90.571 hektare dengan produksi 709.105 ton.
Di balik meningkatnya angka produksi padi, rendahnya minat generasi muda bertani semakin nyata di Kabupaten Cirebon.
Regenerasi Harus Disegerakan
Di tengah berbagai upaya menjaga regenerasi, PT Pupuk Kujang hadir melalui Program Makmur. Program itu merupakan bagian dari upaya mendorong milenial sudi melirik sektor pertanian sebagai harapan.
Dalam kolaborasi itu, kaum milenial dibekali pengalaman berinteraksi dengan petani dan mendapatkan bimbingan dari agronom andal Pupuk Kujang.
Program Makmur hadir bukan tanpa sebab. Krisis pangan dan rendahnya minat generasi muda untuk bertani yang menganncam misi negara menuju swasembada pangan jadi soal.
"Setelah program ini, kami harapkan generasi muda ini berminat menjadi petani muda yang modern," kata PIC Tim Program Makmur Pupuk Kujang, Syaiful Rodhian Achmad.
Bupati Cirebon Imron Rosyadi juga menyebutkan regenerasi petani di Kabupaten Cirebon perlu terus didorong untuk menjadi produktivitas padi tetap tumbuh setiap tahunnya. Milenial harus melirik profesi petani lantaran terbukti tidak terpuruk saat pandemi covid-19.
Bagi Imron, regenerasi petani harus disegerakan lantaran kebutuhan pangan bakal terus meningkat. “Kalau generasi milenial tidak tertarik, nanti akan membeli kebutuhan pangan di mana," katanya.
Catatan Kementerian Pertanian, Kementerian Pertanian memprediksi, produksi padi nasional periode sepanjang 2023 mampu menembus angka 53,63 juta ton. Dari angka tersebut, Kabupaten Cirebon berkontribusi sebesar 5,54 persen.
Selain berkontribusi besar terhadap produksi nasional, luas lahan pertanian di Jawa Barat saat ini 892.821 hektare. Sebagian besar berasal dari Kabupaten Cirebon dengan luas 91.382 hektare.
Pupuk Subsidi jadi Kunci
Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon mencatat, kebutuhan ideal pupuk subsidi untuk Kabupaten Cirebon setiap tahunnya sebanyak 13,8 juta ton. Jumlah itu disesuaikan dengan luas lahan pertanian padi 91.382 hektare.
Kuantitas alokasi pupuk subsidi yang diterima Kabupaten Cirebon tidak bertambah selama lima tahun terakhir. Pemerintah daerah ingin menambah jumlah alokasi, namun masih diatur pemerintah provinsi dan pusat.
“Jelas, rendahnya alokasi pupuk subsidi menimbulkan gejolak di tengah para petani,” kata Sub Koordinator Pupuk dan Pestisida Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Darwadi.
Namun, Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon memberikan kebijakan kepada para petani yang ingin mendapatkan pupuk subsidi untuk segera mendaftar kartu tani.
“Kalau belum memiliki kartu tani dan ingin mendapatkan pupuk subsidi, bisa menggunakan KTP. Kemudian, diusulkan melalui gapoktan untuk dijadikan rencana definitif kebutuhan kelompok,” ujar Darwadi.
Dalam catatan Pupuk Kujang, realisasi penyerapan pupuk bersubsidi untuk Kabupaten Cirebon per 31 Oktober 2023 mencapai 35.252 ton. Dari jumlah itu, 22.648 (78,26 persen) ton merupakan jenis urea dan 12.604 (77,92 persen) jenis NPK.
Berdasarkan surat keterangan alokasi pada 2023, Kabupaten Cirebon mendapatkan jatah pupuk subsidi sebesar 45.115 ton untuk jenis urea dan NPK.
Sebagai produsen yang memiliki tanggungjawab mendistribusikan pupuk subsidi, Pupuk Kujang optimis memenuhi alokasi tersebut hingga 31 Desember 2023. Bagi Pupuk Kujang, pupuk subsidi merupakan hak petani untuk tetap menjaga ketersediaan pangan negara.
Manajer Penjualan Jabar 1 Pupuk Kujang, Fajar Ahmad menyebutkan, dalam upaya penyaluran pupuk subsidi tepat sasaran, Pupuk Kujang sudah memanfaatkan Distribution Planning and Control System (DPCS) dari Pupuk Indonesia.
Teknologi teranyar itu meruapakan sistem yang didesain untuk mengontrol rantai pasok distribusi pupuk subsidi lebih optimal. "Melalui aplikasi itu kami bisa memantau stok pupuk subsidi mulai dari lini produksi hingga ke distributor,” kata Fajar.