Bisnis.com, BANDUNG — Hilirisasi dan komersialisasi hasil inovasi masih menjadi pekerjaan rumah dunia riset tanah air. Ketidak sesuaian kebutuhan industri dengan riset yang dilakukan harus menemukan titik temu.
Bahkan, jika hal ini bisa dioptimalkan akan menjadi sumber pendapatan baru untuk menopang biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) agar tidak dibebankan secara penuh kepada mahasiswa.
Manajer Pengembangan Inovasi Bisnis, Teknologi dan Kepakaran Unpad Science Techno Park (Unpad STP) Budi Harsanto mengatakan sebelum sampai di sana, tantangan utama dalam inovasi adalah membawa temuan dari para inventor, tak terkecuali inventor di perguruan tinggi, untuk bisa sampai ke pasar dan dinikmati oleh masyarakat luas.
Ia menyebut kurang dari 10% temuan yang memperoleh paten yang berhasil sampai ke pasar.
Ia menjelaskan untuk memperoleh paten para inventor akan menghadapi berbagai tantangan mulai dari perjalanan panjang, dana besar, serta waktu lama.
Tak hanya itu, untuk bisa sampai ke pasar pun tantangannya jauh lebih besar, seperti pasar yang belum tersedia atau hambatan prosedur perizinan dan peredaran di pasar.
Baca Juga
Oleh karena itu, pihaknya berupaya mempertemukan dunia riset dan industri melalui Unpad STP Summit 2024 yang telah dilakukan beberapa waktu lalu.
Bagi inventor dan Unpad, kegiatan tersebut diharapkan dapat lebih menguatkan nalar mengenai inovasi yang dibutuhkan masyarakat.
Sehingga riset yang dilakukan mengarah secara produktif kepada pemenuhan kebutuhan industri dan market. Selain itu, juga dibutuhkan media untuk memromosikan beragam hasil riset unggulan kepada publik dan dunia industri.
“Hilirisasi inovasi dalam jangka panjang selain memberikan manfaat ke masyarakat juga diharapkan menjadi salah satu sumber pendapatan bagi universitas. Sehingga, ketergantungan terhadap SPP [UKT] mahasiswa tidak terlalu tinggi,” kata dia.
Adapun bagi industri, lanjutnya, kegiatan tersebut diharapkan menjadi ajang untuk memperkenalkan temuan-temuan baru serta talenta riset dari perguruan tinggi. Termasuk menjajaki kerja sama bagi mengembangkan solusi spesifik yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan industri dan pasar.
“Bagi masyarakat, inovasi-inovasi yang selama ini ada di perguruan tinggi bisa sampai ke masyarakat dan berkontribusi dalam membantu meningkatkan kualitas kehidupan, menyelesaikan masalah sosial dan lingkungan, serta mendukung pertumbuhan ekonomi serta daya saing nasional,” katanya.
Budi menambahkan pada kegiatan tersebut dilaksanakan dialog dunia riset dengan industri, yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi inventor per klaster.
Terdapat 8 klaster riset yang diperkenalkan, yakni: kesehatan; peralatan, mesin dan teknologi tepat guna; penanganan limbah dan pencemar lingkungan; olahan produk pangan; pupuk hayati; pakan ternak; minyak atsiri, dan; perbaikan proses.