Bisnis.com, KUNINGAN - Kepala Badan Pengelola Rebana Bernardus Djonoputro mengakui wilayah Metropolitan Rebana adalah satu kawasan strategis di Jawa Barat yang diharapkan menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia.
Meskipun kawasan ini menyimpan potensi besar, perjalanan menuju pertumbuhan inklusif dan merata masih menghadapi berbagai hambatan kompleks. Salah satu tantangan utama adalah disparitas pembangunan antara wilayah perkotaan dan pedesaan.
"Banyak wilayah pedesaan dalam kawasan metropolitan belum mendapatkan investasi yang memadai. Hal ini menciptakan kesenjangan dalam akses layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur,” kata Bernardus, Jumat (22/11/2024).
Ketimpangan ini dapat memicu migrasi yang tidak terkendali, memperburuk masalah sosial, dan menekan sumber daya kota. Ia menekankan pentingnya kebijakan terpadu untuk mendukung pembangunan pedesaan.
Rebana berpotensi menjadi pusat industri manufaktur dan logistik yang menciptakan lapangan kerja besar-besaran. Namun, ia mengingatkan, pengembangan ini memerlukan perhatian khusus terhadap integrasi dengan komunitas lokal.
“Pembangunan industri harus melibatkan masyarakat sekitar. Kita harus memastikan transfer keterampilan terjadi dan manfaat ekonomi dirasakan secara langsung. Selain itu, diversifikasi ekonomi menjadi keharusan untuk mengurangi ketergantungan pada sektor tertentu," ujarnya.
Baca Juga
Masalah lainnya adalah pengadaan lahan untuk proyek infrastruktur. Bernardus menyoroti proses yang lamban, biaya tinggi, dan keterbatasan kapasitas fiskal sebagai faktor penghambat.
Reformasi diperlukan untuk menyederhanakan proses pengadaan lahan. Selain itu, strategi pembiayaan yang lebih inovatif harus diadopsi agar pembangunan tidak terlalu bergantung pada anggaran pemerintah
"Ketergantungan pada public-private partnerships (PPP) juga dianggap belum cukup fleksibel untuk mengakomodasi kebutuhan lokal. Kita harus membuka ruang lebih besar untuk solusi kreatif, termasuk menarik investasi asing dengan kerangka kerja yang lebih adaptif,” tambahnya.
Tantangan besar lainnya adalah tata kelola metropolitan yang terfragmentasi. Perbedaan kebutuhan, persepsi, dan regulasi di tingkat nasional, provinsi, dan lokal sering kali menghambat koordinasi. Bernardus juga menyoroti pentingnya transparansi dalam pengelolaan pembangunan.
Untuk mengatasi semua tantangan ini, Bernardus menekankan perlunya kolaborasi lintas sektor dan visi jangka panjang. Rebana, harus menjadi contoh keberhasilan pembangunan metropolitan yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis pada kesejahteraan masyarakat.
“Rebana memiliki potensi besar. Tetapi, untuk mencapainya, kita harus bersatu, bekerja secara strategis, dan mengutamakan prinsip keberlanjutan dalam setiap langkah pembangunan,” tutup Bernardus.