Bisnis.com, CIREBON- Kasus HIV di Kabupaten Cirebon terus menunjukkan tren peningkatan selama periode Januari hingga Oktober 2024. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, ditemukan sebanyak 397 kasus HIV positif, namun hanya 274 orang atau 69% dari total kasus yang mendapatkan pengobatan.
Fakta ini menjadi peringatan akan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap HIV, termasuk dalam aspek diagnosis dini, pengobatan, dan pencegahan penularan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, dr. Neneng Hasanah, mengungkapkan bahwa salah satu tantangan utama dalam penanganan HIV adalah stigma yang masih melekat di masyarakat.
"Meskipun angka pengobatan sudah cukup baik, kami masih perlu menjangkau sekitar 31% pasien yang belum mendapatkan akses perawatan," kata Neneng di Kabupaten Cirebon,
Stigma sosial membuat banyak orang enggan untuk memeriksakan diri, meskipun mereka mungkin berisiko tinggi terinfeksi HIV. Akibatnya, banyak kasus baru yang ditemukan dalam kondisi sudah cukup parah.
Analisis data menunjukkan, laki-laki mendominasi jumlah kasus HIV di Kabupaten Cirebon, yaitu sebanyak 308 kasus atau 77% dari total kasus. Sementara itu, perempuan tercatat memiliki 89 kasus atau 23% dari total kasus.
Baca Juga
Dari segi usia, kelompok umur 25–49 tahun menjadi yang paling rentan, dengan 210 kasus pada laki-laki dan 69 kasus pada perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa usia produktif, yang secara sosial dan ekonomi aktif, lebih berisiko terpapar HIV.
"Kelompok usia ini biasanya berada di puncak aktivitas seksual, sehingga sangat penting untuk memberikan edukasi tentang perilaku seksual yang aman,” jelas Neneng.
Kelompok usia remaja juga mencatat beberapa kasus, terutama pada laki-laki berusia 15–19 tahun dengan 7 kasus dan perempuan dengan 2 kasus.
Meskipun angkanya kecil, perhatian harus tetap diberikan karena remaja adalah generasi penerus yang perlu dilindungi dari risiko HIV melalui edukasi yang komprehensif.
Dalam upaya mengelola HIV, pemeriksaan viraload menjadi salah satu langkah krusial. Hingga Oktober 2024, sebanyak 228 orang telah menjalani pemeriksaan viraload di RS Waled, rumah sakit rujukan untuk pengobatan HIV di Kabupaten Cirebon.
Neneng mengatakan, pemeriksaan viraload digunakan untuk memantau jumlah virus dalam tubuh pasien dan menilai keberhasilan terapi antiretroviral (ARV).
"Semakin rendah jumlah virus dalam tubuh pasien, semakin kecil risiko mereka menularkan HIV kepada orang lain. Pemeriksaan viraload juga menjadi indikator utama efektivitas terapi ARV," kata Neneng.
Namun, angka pemeriksaan viraload yang hanya mencakup 228 orang dari 274 pasien yang menjalani pengobatan menunjukkan masih adanya keterbatasan akses.
Menurut Neneng, faktor utama yang menghambat pasien untuk mendapatkan pengobatan adalah stigma sosial dan kurangnya kesadaran tentang pentingnya pengobatan HIV.
Tantangan lainnya adalah akses terhadap layanan kesehatan. Tidak semua fasilitas kesehatan memiliki layanan khusus HIV seperti pemeriksaan viraload atau terapi ARV. Hal ini memaksa beberapa pasien untuk menempuh jarak yang jauh demi mendapatkan pengobatan
Untuk mengatasi tantangan ini, strategi komunikasi dan edukasi yang efektif menjadi kunci. Pemerintah daerah bersama organisasi non-pemerintah (NGO) terus berupaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang HIV, terutama pentingnya diagnosis dini dan pengobatan.
"Kami juga bekerja sama dengan komunitas untuk menghilangkan stigma terhadap ODHIV. Edukasi tentang HIV akan lebih efektif jika disampaikan oleh orang-orang yang dekat dengan komunitas," jelas Neneng.