Bisnis.com, CIREBON - Pemerintah Kabupaten Cirebon memutuskan untuk kembali memperketat jalur distribusi hewan ternak, menyusul kembalinya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang telah menginfeksi sejumlah daerah.
Langkah ini diambil untuk mencegah penyebaran penyakit yang dapat merugikan peternak dan mengancam kesehatan hewan ternak di wilayah tersebut.
Penjabat Bupati Cirebon Wahyu Mijaya mengatakan dinas terkait sudah diperintahkan untuk memperketat pengawasan terhadap peredaran hewan ternak. Langkah ini meliputi pemeriksaan kesehatan hewan di setiap titik distribusi serta pembatasan pergerakan hewan ternak dari daerah yang terpapar PMK.
“Kami akan mengambil langkah tegas untuk memperketat jalur distribusi hewan ternak guna mencegah penyebaran PMK. Kesehatan hewan ternak adalah prioritas, dan kami bekerja sama dengan pihak berwenang untuk memastikan tidak ada hewan yang terinfeksi keluar dari wilayah yang terpapar,” kata Wahyu, Senin (13/1/2025).
Wahyu juga menekankan pentingnya keterlibatan peternak dalam melaporkan kondisi hewan ternak mereka, terutama jika ada gejala yang mencurigakan. Pemerintah daerah mengimbau peternak untuk tetap waspada dan segera melapor ke petugas terkait agar langkah pencegahan dapat diambil lebih cepat.
Ia berharap, dengan upaya pengawasan yang ketat dan tindakan pencegahan yang terkoordinasi, penyebaran PMK dapat terkendali dan tidak semakin meluas.
“Ke depan, kami akan terus mengoptimalkan pengawasan serta edukasi kepada peternak. Semua ini demi kesehatan hewan ternak yang pada gilirannya akan mendukung kesejahteraan peternak dan perekonomian daerah,” kata Wahyu.
Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon mencatat sebanyak 10 ekor sapi di wilayahnya terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK). Kasus ini terdeteksi sejak akhir Desember 2024 dan menjadi perhatian serius pemerintah daerah untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) Distan Kabupaten Cirebon, Durahman mengatakan, sapi-sapi yang terpapar PMK tersebar di dua wilayah, yakni, Desa Panggangsari (Losari), Dukuh Widara (Pabedilan), dan Sukadana (Pabuaran).
"Dari hasil pemeriksaan kami, sapi-sapi tersebut menunjukkan gejala khas PMK seperti lepuh di area mulut, kehilangan nafsu makan, dan demam tinggi," kata Durahman.
Menurut Agus, meskipun jumlah kasus relatif kecil, PMK merupakan penyakit yang sangat menular sehingga memerlukan penanganan cepat dan tepat.
Menurutnya, PMK disebabkan oleh virus yang menyerang hewan berkuku genap seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Penyakit ini ditularkan melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, pakan, air, atau peralatan yang terkontaminasi virus.
Sebagai respons terhadap kasus ini, Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon telah melakukan berbagai langkah pencegahan dan penanganan. Salah satunya adalah pemberian perawatan intensif kepada sapi-sapi yang terinfeksi serta pemberian obat-obatan dan vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh hewan.
“Selain itu, kami juga melakukan karantina lokal di area peternakan yang terpapar. Hewan-hewan di area tersebut tidak diperbolehkan keluar untuk mencegah penularan,” ujar Durahman.