Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Koperasi Susu Garut Dipacu Jadi Pemasok Utama Program Makan Bergizi Gratis

Pemerintah berkomitmen untuk memperkuat rantai pasok susu nasional berbasis koperasi.
Wapres Gibran Rakabuming Raka meninjau implementasi program MBG di SMPN 11 dan SMAN 4 Depok, Jawa Barat pada Selasa (04/02/2025). Dok Setwapres RI
Wapres Gibran Rakabuming Raka meninjau implementasi program MBG di SMPN 11 dan SMAN 4 Depok, Jawa Barat pada Selasa (04/02/2025). Dok Setwapres RI

Bisnis.com, GARUT — Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) mendorong produksi susu sapi dari Kabupaten Garut Jawa Barat guna mendukung program makan bergizi gratis (MBG). 

Deputi Pengembangan Usaha Koperasi Kemenkop UKM Panel Barus mengatakan pemerintah berkomitmen untuk memperkuat rantai pasok susu nasional berbasis koperasi. 

Salah satu langkah yang tengah didorong adalah optimalisasi produksi susu dari koperasi peternak agar bisa diserap oleh Badan Gizi Nasional (BGN) guna memenuhi kebutuhan gizi anak-anak penerima manfaat MBG.

Dia menekankan pentingnya meningkatkan kapasitas produksi agar koperasi peternak dapat berkontribusi lebih besar dalam program MBG.

"Kami ingin memastikan produksi susu hasil koperasi bisa diserap dengan baik, salah satunya melalui program Makan Bergizi Gratis," ujarnya, Senin (17/3/2025).

Adapun program MBG merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan gizi masyarakat terutama anak-anak di usia sekolah. 

Susu menjadi salah satu komponen penting dalam program ini, mengingat kandungan gizinya yang kaya akan protein, kalsium, dan vitamin yang mendukung pertumbuhan. Namun, hingga saat ini, produksi susu dalam negeri masih belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan nasional. 

Adapun sebagian besar produksi susu dari koperasi peternak sapi perah masih terbatas, sehingga diperlukan strategi untuk meningkatkan kapasitas produksi sekaligus memastikan penyerapan produk oleh pemerintah.

"Misalnya, di satu daerah ada 10.000 penerima manfaat MBG. Jika setiap anak mendapatkan 200 mililiter susu per hari, maka kebutuhan harian bisa mencapai 2.000 liter. Ini angka yang besar dan perlu disiapkan dengan baik oleh koperasi," katanya.

Kemenkop UKM menargetkan agar susu dari koperasi dapat disuplai untuk program MBG setidaknya satu hingga dua kali dalam seminggu, dengan harapan jangka panjang agar distribusi bisa dilakukan secara lebih luas dan berkelanjutan.

Selain fokus pada produksi dan distribusi, Kemenkop UKM juga berupaya memperkuat kapasitas koperasi agar dapat mengolah susu secara mandiri. 

Saat ini, banyak koperasi peternak sapi perah yang langsung menyetorkan hasil produksinya ke Industri Pengolahan Susu (IPS) di Jakarta, tanpa memiliki fasilitas pemrosesan sendiri.

Dia menilai koperasi seharusnya tidak hanya berperan sebagai pemasok bahan mentah, tetapi juga memiliki teknologi pemrosesan susu sendiri, seperti pasteurisasi atau bahkan pabrik Ultra High Temperature (UHT).

Dengan memiliki fasilitas ini, koperasi dapat menghasilkan produk turunan yang siap dikonsumsi dan memiliki daya simpan lebih lama sehingga dapat lebih mudah didistribusikan untuk program MBG.

"Ke depannya, kita ingin koperasi memiliki teknologi pasteurisasi sendiri agar bisa memproduksi susu siap konsumsi bagi masyarakat, bukan hanya bergantung pada industri besar," ungkapnya.

Meskipun memiliki potensi besar, namun masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam optimalisasi produksi susu koperasi. Salah satunya adalah rendahnya kapasitas produksi akibat terbatasnya jumlah peternak dan fasilitas pendukung.

Saat ini, sebagian besar peternak sapi perah di Garut masih berskala kecil dengan jumlah sapi yang terbatas. Selain itu, biaya pakan yang terus meningkat menjadi kendala bagi peternak dalam meningkatkan produksi susu.

Oleh karena itu, Kemenkop UKM berupaya mendorong adanya kemitraan dengan pihak swasta maupun institusi pendidikan untuk mendukung riset dan pengembangan pakan alternatif yang lebih ekonomis namun tetap berkualitas.

Selain itu masih terdapat masalah rantai distribusi dan logistik juga menjadi perhatian. Infrastruktur jalan yang kurang memadai di beberapa daerah masih menjadi kendala dalam pengiriman susu segar ke titik-titik distribusi.

"Kami ingin membangun ekosistem yang lebih kuat, mulai dari produksi, distribusi, hingga pemrosesan, agar koperasi peternak sapi perah bisa tumbuh lebih maju dan berdaya saing," tutur Panel.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper