Bisnis.com, CIREBON - Lonjakan harga pangan kembali terjadi menjelang Hari Raya Idulfitri 1446 H. Kenaikan ini menjadi tantangan bagi masyarakat, terutama kelompok rentan yang bergantung pada kestabilan harga bahan pokok.
Untuk mengatasi hal ini, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) menggelar Operasi Pasar Subsidi (Opadi) secara masif di 27 kota dan kabupaten se-Jawa Barat.
Langkah ini diharapkan dapat meredam gejolak harga, mengurangi kesenjangan harga antarwilayah, serta memastikan keterjangkauan kebutuhan pokok bagi masyarakat.
Beberapa bahan pokok yang mengalami kenaikan signifikan antara lain beras, minyak goreng, tepung terigu, dan gula pasir.
Kepala Disperindag Jabar Noneng Komara Nengsih mengungkapkan pemerintah berupaya keras untuk menekan dampak dari lonjakan harga ini dengan menyalurkan paket sembako bersubsidi kepada masyarakat.
"Kegiatan ini dimulai sejak kemarin di Bogor, dan hari ini sudah berlangsung di beberapa daerah. Target kami adalah menyelesaikan pendistribusian dalam waktu satu minggu, hingga Sabtu nanti," ujar Noneng dalam Opadi di Kelurahan Kejaksan, Kota Cirebon, Selasa (18/3/2025).
Baca Juga
Menurut Noneng, stabilitas harga pangan merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga daya beli masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan rendah.
"Kami ingin memastikan harga tetap stabil dan masyarakat bisa mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau," tambahnya.
Beberapa wilayah yang sudah melaksanakan kegiatan ini antara lain, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon Karawang, Purwakarta, Cianjur, Majalengka, Pangandaran, dan Banjar.
Dalam operasi ini, pemerintah menyalurkan sebanyak 143.000 paket sembako bersubsidi dengan harga Rp72.000 per paket. Setiap paket berisi beras 5 kilogram, tepung terigu 1 kilogram, gula pasir 1 kilogram, dan minyak goreng 1 liter.
Paket-paket ini disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan melalui berbagai mekanisme, termasuk pendataan oleh pemerintah daerah dan koordinasi dengan perangkat desa.
"Harapannya, stabilitas harga tetap terjaga, perbedaan harga antarwilayah bisa dikendalikan, serta masyarakat tidak panik dalam berbelanja karena stok tersedia dengan cukup," tambahnya.
"Sudah mendistribusikan sebanyak 13.768 paket. Dari jumlah tersebut, 7.007 paket disalurkan di Kabupaten Bogor, 4.152 paket di Kabupaten Cirebon, dan 2.609 paket di Kota Cirebon," jelas Noneng.
Meski upaya stabilisasi harga telah dilakukan, Noneng mengakui ada beberapa tantangan di lapangan, terutama dalam distribusi logistik dan penyesuaian harga di berbagai pasar tradisional.
Selain faktor permintaan yang meningkat, distribusi juga menjadi faktor penentu harga.
"Beberapa daerah mengalami kenaikan harga karena distribusi yang belum merata. Oleh karena itu, kami terus bekerja sama dengan pihak terkait untuk memastikan barang sampai ke pasar dengan harga yang terkendali," kata Noneng.
Selain operasi pasar, pemerintah juga mengandalkan stok cadangan pangan untuk mengatasi lonjakan harga.