Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tarif Impor AS: Amerika Serikat Sangat Bergantung kepada Indonesia untuk Produk Ini

Penerapan tarif timbal balik 32% yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump terhadap Indonesia harus menjadi momen perbaikan produksi dalam negeri.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, BANDUNG— Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) menilai penerapan kebijakan resiprokal atau tarif timbal balik 32% yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Indonesia harus menjadi momen perbaikan produksi dalam negeri.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia Khairul Mahalli, kepada Bisnis belum lama ini.

Khairul menjelaskan, meskipun Donald Trump menerapkan kebijakan tersebut, sebenarnya untuk beberapa jenis produk Negeri Paman Sam tersebut sangat tergantung terhadap Indonesia.

“Salah satunya mereka itu tergantung dengan Indonesia untuk produk rempah,” ungkapnya.

Negara tersebut kata dia tidak memiliki Sumber Daya Alam yang memadai untuk memproduksi aneka produk rempah. 

“Jahe, pala, cengkeh, kunyit dan produk rempah lain itu mereka tergantung terhadap kita,” jelasnya.

Terlebih, ia menilai permintaan dari Amerika Serikat terhadap produk rempah Indonesia masih sangat tinggi. Sehingga hal itu seharusnya bisa menjadi kekuatan bagi produksi domestik tanah air di luar produksi manufaktur sebagai produk andalan ekspor.

“Jangan takut juga kita, kalau untuk produk manufaktur mungkin harus mulai bisa dijual ke negara-negara non tradisional seperti Afrika,” jelasnya.

Selain itu, ia juga meminta pemerintah untuk mengevaluasi kinerja para pejabat Atase Perdagangan, Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) hingga duta besar yang seakan kecolongan informasi dari kebijakan Trump ini. 

"Sebenernya ini kan perlunya diplomasi ekonomi, kalau saya menyayangkan peranan duta besar kita untuk Amerika khususnya atase perdagangan kita yg ada di Amerika juga kementerian perdagangan kita. Terhadap kondisi yang ada ini kan heboh kalau sesuatu sudah terjadi. Sebenarnya kalau ada marketing intelejen juga diplomasi ekonomi . Hal ini kan perlu antisipasi, " jelasnya. 

Meski demikian, ia melihat ini sebagai tantangan untuk Indonesia agar bisa menurun sejumlah negara di ASEAN seperti Singapura, Malaysia dan Thailand yang mampu memperkuat mata uangnya masing-masing. 

"Kita harus menguatkan posisi rupiah kita. Apapun perdagangannya impor ke Indonesia juga harus menggunakan rupiah. Coba lihat Thailand Malaysia Singapura mata uang mereka itu tetap di kokoh kan diperkuat," imbuhnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper