Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

213 KK Terdampak Bencana Longsor Tambang Gunung Kuda Cirebon

Tak hanya korban jiwa, ternyata 213 keluarga juga ikut terdampak insiden longsor Tambang Gunung Kuda Cirebon.
Suasana proses evakuasi korban longsor di Gunung Kuda Cirebon, Jawa Barat, Jumat (30/5/2025). JIBI/Hakim Baihaqi
Suasana proses evakuasi korban longsor di Gunung Kuda Cirebon, Jawa Barat, Jumat (30/5/2025). JIBI/Hakim Baihaqi

Bisnis.com, CIREBON- Tragedi longsor yang terjadi pada Jumat (30/5/2025) di kawasan tambang batu Gunung Kuda, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, menyisakan luka mendalam, tidak hanya dalam bentuk korban jiwa tetapi juga dalam bentuk guncangan sosial dan ekonomi yang luar biasa. 

Sebanyak 213 kepala keluarga (KK) yang selama ini menggantungkan hidup dari kegiatan penambangan batu kapur kini harus menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian. Sebanyak 19rang dilaporkan tewas dan belasan lainnya luka-luka.

Namun di balik duka kemanusiaan itu, ada masalah yang jauh lebih dalam, yaitu ketergantungan struktural masyarakat pada sektor tambang rakyat yang tidak pernah sepenuhnya mendapat perhatian serius dari pemerintah. 

Tambang Gunung Kuda selama ini menjadi semacam "urat nadi" ekonomi lokal, namun beroperasi dalam kondisi serba informal, tanpa perlindungan keselamatan memadai, dan nyaris tanpa regulasi yang tegas.

Wakil Bupati Cirebon Agus Kurniawan Budiman mengakui bencana longsor di Tambang Gunung Kuda seharusnya menjadi momen reflektif bagi semua pihak, terutama dalam menata ulang model ekonomi lokal yang rapuh dan berisiko tinggi.

"Ini bukan hanya bencana alam, tapi juga bencana struktural. Selama bertahun-tahun, ratusan warga di Gunung Kuda menggantungkan hidup dari kegiatan tambang rakyat tanpa perlindungan hukum, tanpa standar keselamatan, dan tanpa jaminan ekonomi jangka panjang,” kata Agus, Senin (2/6/2025).

Pemkab Cirebon tengah menyusun langkah penanganan jangka pendek dan panjang, termasuk di dalamnya evaluasi total terhadap operasional tambang Gunung Kuda. 

Menurutnya, pemulihan ekonomi warga harus dibarengi dengan transformasi ekonomi lokal agar masyarakat tidak kembali menggantungkan hidup dari aktivitas yang berisiko.

"Kami tidak ingin warga terus-menerus terjebak dalam lingkaran kerja berbahaya demi bertahan hidup. Harus ada intervensi struktural, bukan hanya bantuan sembako,” katanya.

Aktivitas tambang yang menjadi sumber penghidupan ratusan keluarga kini terhenti total. Tidak sedikit buruh tambang yang kehilangan alat kerja, kendaraan angkut, bahkan tempat tinggal mereka sendiri. Mereka yang selama ini bekerja sebagai buruh harian tanpa kontrak resmi kini kehilangan pendapatan tanpa jaminan sosial sedikit pun.

Menanggapi kekhawatiran ini, Agus mengatakan pemerintah akan mengalokasikan anggaran untuk program padat karya dan pelatihan keterampilan berbasis potensi lokal.

“Kita perlu dorong diversifikasi ekonomi, misalnya melalui sektor UMKM, pertanian terpadu, atau industri rumah tangga. Tapi ini tidak bisa instan. Pemerintah butuh dukungan lintas sektor, termasuk dari provinsi dan pusat,” ungkapnya.

Operasi pencarian korban longsor di kawasan tambang batu Gunung Kuda, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, masih terus berlangsung hingga hari keempat. 

Enam penambang belum ditemukan sejak insiden memilukan yang terjadi pada Jumat siang (30/5/2025) atau beberapa hari setelah hujan deras terus mengguyur wilayah tersebut dan menyebabkan tebing batu runtuh.

Senin (2/6/2025) pagi, tim gabungan yang terdiri dari TNI, Polri, Basarnas, BPBD, relawan, dan para pekerja tambang kembali berjibaku dengan medan berat. 

Komandan Kodim 0620 Kabupaten Cirebon, Letkol Inf M Yusron mengatakan, total 19 jenazah telah berhasil dievakuasi dari bawah timbunan tanah dan batu besar.

“Setiap hari kami berpacu dengan waktu, tapi keselamatan tim tetap menjadi prioritas utama. Kontur tanah yang labil membuat proses evakuasi sangat berisiko,” ujar Yusron, Senin (2/6/2025).

Menurutnya, sejumlah alat berat telah dikerahkan guna mempercepat proses evakuasi. Namun demikian, tidak semua area dapat dijangkau karena medan yang terjal dan tertutup material longsoran.

Sebanyak 19 korban yang telah ditemukan dipastikan meninggal dunia. Tim medis dan forensik telah mengidentifikasi mereka. Selain itu, sebagian besar jenazah telah diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan.

Di antara korban yang berhasil dievakuasi terdapat nama-nama seperti Sukandra bin Hadi, Andri bin Surasa, Sukadi bin Sana, Sanuri bin Basar, serta Dendi Irawan. Selain itu, korban lainnya adalah Sarwa bin Sukira, Rusjaya bin Rusdi, Suparta bin Supa, Rio Ahmadi bin Wahyudin, dan Ikad Budiargo bin Arsia. 

Sementara itu, sejumlah nama lain yang turut menjadi korban termasuk Jamaludin, Wastoni, Toni, Rion Firmansyah, Sanadi, Sunadi, Sakira, Nalo Sanjaya, dan Wahyu Galih.

Pihak berwenang juga mengimbau masyarakat, terutama keluarga korban, untuk tidak mendekati area tambang karena situasi masih rawan longsor susulan. Petugas keamanan dikerahkan untuk menjaga perimeter lokasi agar tidak ada warga yang tanpa sengaja memasuki area berbahaya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper