Bisnis.com, BANDUNG - Tahukah Anda tempat pertama kali proklamasi Indonesia dibacakan di Kota Bandung?
Bisa jadi orang Bandung sendiri banyak yang tidak tahu. Namun, dengan menyusuri 10 titik stilasi Bandung Lautan Api, Anda akan bisa menemukannya.
Seperti diketahui Peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) pada 24 Maret 1946 telah menjadi momen penting bagi rakyat Bandung dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Warga Bandung memilih membumihanguskan tanah dan rumahnya dibandingkan menyerahkannya kepada militer sekutu.
Hal itu terjadi merespons permintaan Sekutu usai penandatanganan perjanjian Kapitulasi Jepang. Menurut wikipedia, isi perjanjian Kapitulasi menyebutkan bahwa seluruh persenjataan Tentara Kekaisaran Jepang diserahkan tanpa syarat kepada Tentara Sekutu. Selanjutnya, Sekutu akan mengembalikan kekuasaan Belanda di Hindia Belanda.
Namun, sebelum itu terjadi, persenjataan Tentara Kekaisaran Jepang telah banyak direbut oleh pejuang kemerdekaan Republik Indonesia.
Baca Juga
Pada 21 November 1945, Sekutu mengultimatum agar kota Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Republik Indonesia selambat-lambatnya pada 29 November 1945.
Ultimatum itu tidak dihiraukan pihak tentara Republik dan para pejuang. Sejak saat itu bentrokan senjata dengan tentara Sekutu tak terelakan.
Kalah senjata, pasukan TKR dan para pejuang lainnya tidak dapat mempertahankan Bandung Utara yang kemudian dikuasai tentara Sekutu.
Kota Bandung pun terbagi menjadi dua, Bandung Utara dan Bandung Selatan.
Pada 23 Maret 1946 tentara Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum, menuntut semua masyarakat dan pejuang TKR mengosongkan Bandung Selatan.
Pemerintah RI kemudian memerintahkan TRI (nama TKR berubah menjadi TRI sejak 24 Januari 1946) dan para pejuang mundur dan mengevakuasi Bandung Selatan.
Para pejuang akhirnya sepakat menuruti Pemerintah RI, tapi tidak mau menyerahkan kota Bandung bagian selatan secara utuh.
Rakyat diungsikan ke luar kota Bandung. Para anggota TRI meninggalkan Bandung bagian selatan. Sebelum ditinggalkan, Bandung Selatan dibumihanguskan oleh para pejuang dan anggota TRI. Peristiwa inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan "Bandung Lautan Api".
Dalam peristiwa ini lahir lagu Halo, Halo Bandung yang dinyanyikan para tentara Republik dalam penantian mereka untuk kembali ke rumah mereka di Bandung.
Pada 11 Juli 1946, Komandan Barisan Rakjat Indonesia Muhammad Toha terlibat dalam penyerangan ke gudang mesiu Sekutu di Dayeuhkolot bersama pejuang dari kelompok Hizbullah. Dalam operasi tersebut, Muhamad Toha tertembak. Agar tidak membebani rekannya, Toha meledakkan dirinya beserta gudang mesiu.
Pengorbanan Muhammad Toha dan warga Bandung lainnya saat itu menunjukkan bahwa mereka rela berbuat apa pun demi bangsa dan Tanah Airnya.
Untuk memperingati Jejak-jejak peristiwa BLA yang bersejarah, dibuatlah 10 stilasi yang diinisiasi oleh Bandung Heritage bekerja sama dengan sejumlah pihak pada 1997.
Tak hanya persitiwa BLA, stilasi tersebut juga menunjukkan tempat-tempat yang berkaitan dengan perjuangan merebut kemerdekaan.
Stilasi-stilasi tersebut di antaranya penanda tempat pertama kalinya pembacaan teks proklamasi oleh rakyat Bandung, lokasi persitiwa perobekan bendera Belanda maupun markas para pejuang BLA.
Berikut 10 stilasi Bandung Lautan Api:
Jalan Ir H. Juanda - Sultan Agung
Stilasi ini berada di depan gedung bekas kantor berita Jepang, Domei yang sudah ada sejak tahun 1937. Menurut catatan sejarah, di kantor berita inilah untuk pertama kalinya teks proklamasi dibaca oleh rakyat Bandung. Kini bangunan tersebut menjadi Kantor Bank BTPN.
Jalan Braga
Stilasi 2 tepatnya berada persimpangan Jalan Braga dan Jalan Naripan terletak Gedung Bank Jabar yang dahulu bernama Gedung Denis. Di gedung ini, pada Oktober 1945, pejuang Bandung Moeljono dan E. Karmas merobek bendera Belanda.
Jalan Asia-Afrika
Stilas 3 berada di depan Gedung Asuransi Jiwasraya di Jalan Asia-Afrika atau di seberang Masjid Raya Jawa Barat. Dahulu, gedung ini digunakan sebagai markas resimen 8 yang dibangun pada tahun 1922.
Jalan Simpang
Stilasi 4 berada di sebuah rumah yang terletak di Jalan Simpang. Di tempat inilah dulu dilakukan perumusan serta diambilnya keputusan pembumihangusan kota Bandung. Perintah untuk meninggalkan kota Bandung pun dikomandoi dari rumah ini. Rumah tersebut kini dijadikan tempat tinggal dan masih dalam bentuk aslinya.
SD Dewi Sartika
Stilasi 5 tak jauh dari Jalan Oto Iskandar Di Nata - Jalan Kautamaan Istri. Tepatnya di depan SD Dewi Sartika.
Jalan Ciguriang
Stilasi 6 letaknya pas di Jalan Ciguriang sebelah pusat perbelanjaan Yogya Kepatihan. Stilasi ini berada di dalam sebuah rumah yang dulunya menjadi Markas Komando Divisi III Siliwangi pimpinan Kol. A.H. Nasution.
Belakang Kampus Unpas
Stilasi ini berada di persimpangan Jalan Lengkong Tengah dan Jalan Lengkong Dalam, tepatnya belakang kampus Unpas. Tempat ini dulunya merupakan tempat tinggal warga Indo Belanda.
Jalan Jembatan Baru
Stilasi ke 8 berada di Jalan Jembatan baru yang merupakan salah satu garis pertahanan pejuang saat terjadi pertempuran Lengkong.
Jalan Asmi
Stilasi 9 berada di SD ASMI, tepat di Jalan Asmi. Bangunan utama gedung tidak banyak mengalami perubahan sampai sekarang. Tempat ini dulunya digunakan sebagai markas pemuda pejuang, PESINDO, dan BBRI sebelum terjadinya peristiwa BLA.
Gereja Gloria
Stilasi 10 berada di depan sebuah gereja yang terletak di jalan ini. Gereja yang bernama Gloria, dahulunya merupakan gedung pemancar radio NIROM yang digunakan untuk menyebarluaskan proklamsi kemerdekaan ke seluruh Indonesia dan dunia. Di seberang stilasi inilah, di Taman Tegallega, sebuah tugu kokoh bernama tugu Bandung Lautan Api berdiri.
Potensi Wisata Sejarah
Tak pelak, 10 stilasi tersebut memiliki potensi untuk dijadikan destinasi wisata sejarah di Kota Bandung.
Itu sebabnya Ketua DPRD Kota Bandung, Tedy Rusmawan mengusulkan agar 10 stilasi jejak Bandung Lautan Api dijadikan wisata edukasi.
Hal itu diutarakan usai mengikuti upacara Peringatan Bandung Lautan Api di Balai Kota Bandung, Rabu (24/3/2021).
“Saya mendorong untuk direvitalisasi. Jadi bukan hanya monumen, harus ada edukasinya. Kami [DPRD] mohon agar ada tambahan edukasi,” pintanya.
Menurut Tedy 10 stilasi bisa menjadi objek wisata sejarah. Ia juga menyarankan untuk dibuatkan jalur sepeda agar masyarakat maupun wisatawan mengetahui kawasan itu.
“Agar warga Bandung mengetahui sejarah. Jadikan wisata sejarah dengan membuat jalur sepeda,” usulnya.
Menurut Tedy jalur sepeda bisa dibuat dengan menggandeng hotel.
"Sehingga ada kenangan dengan objek wisata sejarah Bandung Lautan Api,” tambah Tedy.
Menurut Tedy budaya sepeda di masa pandemi ini menjadi daya tarik. Nah, 10 titik stilasi itu dapat menjadi jalur wisata.
“Budaya sepada akan menjadi destinasi menarik. Titik itu kita jadikan objek atau wisata, bahkan bisa jadi event atau lomba gerak jalan,” jelas Tedy.