Bisnis.com, CIREBON - Komoditas cabai rawit merah di Kota Cirebon menjadi salah satu komoditas yang mencatat inflasi selama empat tahun berturut-turut, mulai dari 2021 hingga 2024.
Inflasi pada cabai rawit merah ini berdampak signifikan terhadap kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Cirebon, terutama pada periode tertentu ketika permintaan meningkat drastis atau terjadi gangguan pasokan.
Di sisi lain, bawang merah, komoditas lain yang juga menjadi andalan petani di Cirebon, sempat mencatat deflasi tertinggi pada Desember 2021 sebesar 54,97% dengan andil deflasi sebesar 0,06%.
Perbedaan tren antara dua komoditas ini menggarisbawahi persoalan dalam tata kelola produksi dan distribusi hasil pertanian di wilayah tersebut.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cirebon Aris Budiyanto menyoroti fenomena ini sebagai tantangan yang harus segera ditangani oleh berbagai pihak. “Inflasi cabai rawit merah yang terus terjadi selama empat tahun terakhir menunjukkan adanya masalah struktural, baik dari segi produksi, distribusi, maupun pola konsumsi masyarakat,” kata Aris, Kamis (5/12/2024).
Aris menjelaskan, ada beberapa faktor utama yang menyebabkan inflasi cabai rawit merah, antara lain cuaca ekstrem, ketergantungan pada pola tanam musiman, serta gangguan distribusi.
Baca Juga
“Produksi cabai rawit merah sangat bergantung pada kondisi cuaca. Ketika terjadi musim hujan yang intens, produksi sering kali menurun karena tanaman cabai rawan terserang hama dan penyakit. Di sisi lain, permintaan masyarakat tetap tinggi, terutama menjelang momen-momen tertentu seperti Ramadan dan akhir tahun,” jelasnya.
Berbeda dengan cabai rawit merah, bawang merah justru mencatat deflasi ekstrem pada Desember 2021. Harga bawang merah pada periode tersebut turun hingga 54,97%, memberikan andil deflasi sebesar 0,06% terhadap IHK Kota Cirebon.
Aris menjelaskan bahwa deflasi ini disebabkan oleh overproduksi bawang merah pada saat itu. “Pada 2021, panen bawang merah melimpah, tetapi permintaan tidak meningkat signifikan. Akibatnya, harga bawang merah anjlok,” ujarnya.
Deflasi bawang merah yang ekstrem ini berdampak buruk pada pendapatan petani. Banyak petani yang merugi karena harga jual tidak mampu menutupi biaya produksi.
Meski tantangan yang dihadapi cukup besar, Aris optimistis bahwa masalah inflasi cabai rawit merah dan deflasi bawang merah dapat diatasi dengan kolaborasi antara pemerintah, petani, dan pelaku pasar.
“Kita perlu pendekatan yang holistik untuk mengatasi masalah ini, mulai dari hulu hingga hilir. Dengan langkah-langkah yang tepat, fluktuasi harga bisa diminimalkan, sehingga petani dan konsumen sama-sama diuntungkan,” pungkasnya.