Bisnis.com, CIREBON - Menjelang libur Natal dan Tahun Baru, harga telur ayam ras di Kabupaten Cirebon melambung tinggi hingga Rp31.500 per kilogram. Lonjakan harga ini memicu kelangkaan pasokan di berbagai pasar tradisional maupun toko kelontongan.
Pantauan langsung di Pasar Sumber, Kabupaten Cirebon, suasana pasar tampak lebih sibuk dari biasanya. Para pedagang sibuk melayani pertanyaan pembeli yang mencari telur ayam ras, sementara beberapa lapak terlihat kosong akibat kekurangan pasokan.
Para pembeli mengeluhkan tingginya harga komoditas yang menjadi kebutuhan pokok sehari-hari ini.
Menurut Sumiati, salah satu pedagang telur di Pasar Pasalaran, kelangkaan ini sudah dirasakan sejak dua pekan terakhir. Biasanya, dia menerima pasokan hingga 500 kilogram telur per minggu, tetapi kini hanya mendapatkan separuhnya.
"Kalau dulu saya bisa jual sampai habis 50 kilogram sehari, sekarang dapat setengahnya saja sudah untung. Harga telur sekarang mahal banget, jadi pembeli juga banyak yang mengeluh," kata Sumiati.
Sumiati mengatakan kenaikan harga disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah peningkatan permintaan menjelang libur panjang.
Baca Juga
Harga di tingkat peternak saat ini sudah mencapai Rp28.000 per kilogram, sehingga wajar jika pedagang menaikkan harga untuk menutupi biaya operasional. "Kami berharap situasi ini segera membaik, terutama setelah Tahun Baru," ujarnya.
Kenaikan harga telur ini berdampak langsung pada konsumen, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah. Siti, seorang ibu rumah tangga yang ditemui di Pasar Sumber, mengaku terkejut dengan harga telur yang terus meroket.
"Biasanya saya beli satu kilogram untuk keperluan sehari-hari, sekarang cuma mampu beli setengah kilogram saja. Itu pun harus mengurangi pengeluaran lain," keluhnya.
Sebelumnya, Asisten Deputi Stabilisasi Harga Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Pangan) Muhammad Siradj Parwito mengonfirmasi, kenaikan harga telur ayam ini wajar terjadi pada periode tertentu, terutama menjelang perayaan besar seperti Natal dan Tahun Baru.
“Naiknya harga telur ayam disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah keterbatasan pasokan dari pihak produsen. Di saat yang sama, permintaan dari masyarakat meningkat cukup signifikan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru,” kata Siradj.
Menurut Siradj, tren kenaikan harga telur ayam menjelang momen liburan tidak bisa dihindari. Produksi dari peternak mengalami sedikit hambatan karena tingginya biaya pakan dan distribusi.
Di sisi lain, momen Natal dan Tahun Baru selalu diiringi peningkatan konsumsi telur ayam, baik untuk kebutuhan rumah tangga, usaha kuliner, maupun industri kecil dan menengah.
“Kebutuhan masyarakat akan telur ayam melonjak di akhir tahun, baik untuk kebutuhan konsumsi pribadi maupun produksi makanan skala kecil dan besar. Kenaikan permintaan ini tidak sepenuhnya bisa diimbangi oleh ketersediaan stok yang ada saat ini,” jelas Siradj.
Faktor lain yang turut mendorong kenaikan harga adalah tingginya biaya produksi, khususnya pakan ternak yang sebagian besar masih bergantung pada bahan impor.
Sejak beberapa bulan terakhir, harga jagung dan kedelai sebagai bahan baku utama pakan ternak terus mengalami kenaikan, sehingga berdampak pada biaya produksi telur ayam.