Bisnis.com, GARUT - Kabupaten Garut mengalami defisit daging sapi sebesar 594 ton. Dengan kebutuhan mencapai 862,9 ton, pasokan lokal hanya mampu menyediakan 268,9 ton. Kondisi itu pun dikhawatirkan semakin parah karena adanya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak.
Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskannak) Kabupaten Garut Beni Yoga Santika memastikan kasus PMK yang menyerang ternak, khususnya sapi, tidak memengaruhi stok daging sapi konsumsi di pasaran.
Menurut Beni, sapi yang terserang PMK sebagian besar merupakan sapi perah, bukan sapi pedaging. "Mayoritas sapi yang terserang PMK adalah sapi perah, termasuk yang mati. Jadi, stok daging konsumsi tidak terganggu," kata Beni, Jumat (24/1/2025).
Meski menghadapi defisit daging sapi, kebutuhan masyarakat Garut terhadap pangan hewani dinilai masih bisa dipenuhi melalui alternatif lain.
Beni menjelaskan pasokan daging kerbau, kambing, domba, dan unggas seperti ayam ras masih mencukupi. Bahkan, beberapa di antaranya surplus dibandingkan dengan permintaan pasar lokal.
Substitusi pangan ini menjadi salah satu langkah yang dianggap efektif untuk meredam dampak kekurangan daging sapi. Menurut Beni, permintaan terhadap daging unggas, misalnya, dapat menjadi solusi sementara bagi masyarakat, terutama di tengah keterbatasan pasokan sapi lokal.
Baca Juga
Dalam kondisi normal, Garut mendapatkan pasokan daging sapi tidak hanya dari peternak lokal, tetapi juga dari daerah lain seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, dengan merebaknya PMK, distribusi antarwilayah menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi.
Upaya menjaga kesehatan ternak di wilayah penghasil sapi menjadi prioritas untuk memastikan rantai pasokan tetap berjalan lancar.
"Pemerintah berupaya memastikan bahwa ternak yang didistribusikan tetap sehat, melalui pemeriksaan ketat dan vaksinasi," kata Beni.
Sebanyak 233 ekor sapi dan kerbau di Kabupaten Garut, Jawa Barat, dilaporkan terjangkit PMK. Kasus tersebut terus mengalami lonjakan sejak awal Januari 2025.
Dari 233 ekor sapi yang terpapar PMK, 14 ekor sapi mati dan sembilan terpaksa dipotong paksa.
Beni mengatakan pihaknya tidak tinggal diam dalam menghadapi ancaman wabah PMK. Tim kesehatan hewan dikerahkan untuk melakukan pengobatan hingga memberikan edukasi kepada para peternak.
“Upaya pengendalian dilakukan dengan identifikasi kasus, surveilans, dan respon cepat atas pelaporan dari lapangan. Selain itu, dilakukan pengobatan pada ternak yang menunjukkan gejala,” kata Beni.
Beni mengatakan, pihaknya pun aktif memeriksa kandang-kandang peternak guna memastikan kondisi kesehatan ternak. Jika ditemukan ternak yang terindikasi PMK, maka langkah pengobatan segera dilakukan.
Selain itu, Diskannak terus mendorong penerapan biosekuriti seperti pembersihan kandang menggunakan disinfektan, pembatasan akses keluar masuk orang ke lingkungan kandang, serta pengelolaan limbah peternakan.
Menurutnya, PMK adalah penyakit menular yang menyerang hewan berkuku belah seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan mudah menyebar melalui kontak langsung antarhewan, peralatan, atau bahkan manusia yang terpapar virus.