Bisnis.com, CIREBON — Fasilitas penanggulangan bencana kebakaran di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat masih minim. Ketersediaan mobil pemadam, pos siaga, hingga personel masih perlu ditingkatkan.
Berdasarkan informasi, dari 18 unit mobil pemadam kebakaran yang ada saat ini, hanya 12 unit yang benar-benar siap digunakan untuk menangani kebakaran. Hal tersebut dapat memengaruhi pelayanan kepada masyarakat, terutama di wilayah dengan risiko tinggi kebakaran.
Kepala Bidang Pemadaman dan Penyelamatan Disdamkarmat Kabupaten Cirebon Eno Sujana mengatakan bahwa jumlah mobil pemadam yang ada saat ini jauh dari kebutuhan ideal. Dengan 10 pos pemadam kebakaran yang tersebar di Kabupaten Cirebon, idealnya setiap pos memiliki minimal 2 unit mobil pemadam.
"Jika mengacu pada standar pelayanan, kami membutuhkan minimal 20 unit mobil untuk melayani seluruh wilayah. Namun, realitanya kami hanya memiliki 18 unit, itu pun yang benar-benar operasional hanya 12 unit. Ini menjadi salah satu kendala besar kami dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat," kata Eno saat ditemui di kantor Disdamkarmat, Selasa (28/1/2025).
Eno menjelaskan, pengadaan terakhir mobil pemadam kebakaran dilakukan pada 2020. Seiring waktu, beberapa unit mengalami kerusakan karena usia pemakaian dan minimnya perawatan.
"Sebagian besar mobil yang ada sekarang sudah uzur dan membutuhkan peremajaan. Sementara itu, pengadaan baru belum dilakukan karena keterbatasan anggaran," tambahnya.
Baca Juga
Selain jumlah mobil yang tidak mencukupi, jumlah pos pemadam kebakaran juga masih jauh dari kebutuhan ideal. Saat ini, hanya terdapat 10 pos yang tersebar di wilayah Kabupaten Cirebon.
Padahal, dengan luas wilayah yang besar dan jumlah kecamatan mencapai 40 kecamatan, idealnya setiap kecamatan memiliki satu pos pemadam kebakaran.
"Jarak yang jauh antara pos pemadam dan lokasi kebakaran sering kali membuat waktu respons menjadi lebih lama. Ini yang sering kami sesalkan, karena setiap detik itu sangat berharga dalam penanganan kebakaran," ungkap Eno.
Eno menambahkan, lokasi-lokasi dengan tingkat risiko kebakaran tinggi, seperti kawasan padat penduduk dan wilayah industri, seharusnya menjadi prioritas untuk didirikan pos baru. Namun, hingga kini, belum ada rencana penambahan pos karena terbatasnya sumber daya dan anggaran.
Selain sarana fisik, masalah lain yang menjadi sorotan adalah minimnya jumlah personel pemadam kebakaran serta keterbatasan alat pelindung diri (APD). Saat ini, jumlah personel yang tersedia belum mencukupi untuk menangani skala kebakaran besar.
Kondisi ini diperparah dengan kurangnya APD yang memadai. Banyak petugas pemadam kebakaran yang bekerja dengan perlengkapan yang sudah usang atau tidak sesuai standar keselamatan.
"Kami membutuhkan tambahan helm, baju tahan api, sepatu, dan masker. Jika petugas tidak dilengkapi dengan APD yang layak, risiko keselamatan mereka di lapangan semakin tinggi," jelas Eno.
Meski menghadapi berbagai kendala, Disdamkarmat Kabupaten Cirebon tetap berupaya memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah memperbaiki unit kendaraan yang rusak agar bisa kembali digunakan. Selain itu, pelatihan rutin bagi personel terus dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan kesiapsiagaan.
"Kami selalu berusaha melakukan yang terbaik dengan keterbatasan yang ada. Namun, tentu saja kami berharap ada dukungan lebih dari pemerintah daerah, baik dalam bentuk anggaran maupun kebijakan, untuk mengatasi kekurangan ini," ujar Eno.
Eno juga mengimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap upaya pencegahan kebakaran. Menurutnya, edukasi tentang bahaya kebakaran dan cara menghindarinya sangat penting untuk mengurangi risiko kebakaran.