Bisnis.com, KUNINGAN - Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) mencatat sebanyak 4.888 pendaki melakukan pendakian di Gunung Ciremai, Jawa Barat selama libur Lebaran 2025.
Kepala Subbag Humas, Promosi, dan Pemasaran Balai TNGC, Ady Sularso mengatakan, sejak pendakian dibuka pada 2 April lalu, langsung terjadi lonjakan signifikan. Ditambah dengan momen libur panjang Lebaran, jumlah pendaki mencapai hampir lima ribu orang hanya dalam hitungan hari.
Dari lima jalur pendakian resmi yang dikelola TNGC, jalur Apuy di wilayah Majalengka mencatat jumlah pengunjung terbanyak dengan 1.802 orang.
"Jalur ini memang dikenal sebagai salah satu akses yang relatif lebih bersahabat bagi pendaki pemula karena kemiringan dan fasilitasnya yang mendukung," kata Ady, Kamis (10/4/2025).
Sementara itu, jalur Palutungan di Kabupaten Kuningan menempati urutan kedua dengan 1.682 pendaki. Jalur ini sering menjadi favorit bagi pendaki yang ingin menikmati keindahan sabana dan matahari terbit di Pos 5, salah satu spot ikonik di jalur tersebut.
Tak kalah menarik, jalur Trisakti Sadarehe juga menunjukkan tren peningkatan dengan total 1.329 orang yang memilihnya sebagai lintasan menuju puncak Ciremai. Jalur ini biasanya dipilih oleh pendaki yang mencari pengalaman baru di luar jalur mainstream.
Baca Juga
Sedangkan dua jalur lainnya, yakni Linggarjati dan Linggasana, hanya dilalui masing-masing 62 dan 13 orang. Menurut Ady, hal ini disebabkan oleh tingkat kesulitan jalur yang lebih tinggi, serta kontur medan yang menantang dan tidak direkomendasikan untuk pemula.
“Linggarjati dan Linggasana itu memang cukup ekstrem. Butuh pengalaman dan stamina yang kuat untuk melewati keduanya,” jelas Ady.
Sebelumnya, seluruh jalur pendakian Gunung Ciremai sempat ditutup sejak 28 Februari hingga 2 April 2025. Langkah ini dilakukan untuk memberi waktu bagi pemulihan ekosistem, termasuk vegetasi di sekitar jalur pendakian yang mengalami tekanan akibat aktivitas manusia.
Selama masa penutupan, TNGC bersama mitra konservasi melakukan serangkaian evaluasi dan perbaikan fasilitas. Mulai dari perbaikan jalur, pembersihan area camp, hingga pemulihan papan informasi dan jalur evakuasi.
“Setiap tahun kami agendakan penutupan sementara untuk memastikan kawasan tetap dalam kondisi optimal. Tujuan utamanya adalah menjaga keseimbangan antara konservasi dan pariwisata,” terang Ady.
Dengan terus meningkatnya jumlah pendaki, TNGC mengandalkan sistem booking online sebagai langkah preventif dalam mengelola arus kunjungan. Setiap pendaki wajib mendaftar dan mendapatkan izin melalui sistem daring yang telah disediakan di situs resmi TNGC.
Langkah ini diambil untuk memastikan daya dukung kawasan tidak melebihi kapasitas, sekaligus menjaga keamanan dan kenyamanan seluruh pendaki. Dalam sistem tersebut, pengunjung dapat memilih jalur, tanggal keberangkatan, serta mengisi data lengkap yang dibutuhkan.
“Sistem booking online ini tidak hanya membantu pengelolaan, tapi juga sebagai sarana edukasi awal bagi pendaki. Mereka bisa mengetahui aturan-aturan, larangan, hingga estimasi waktu tempuh yang realistis,” jelas Ady.
Meskipun terjadi lonjakan jumlah pengunjung, pihak TNGC menekankan pentingnya perilaku bertanggung jawab selama pendakian.
Seluruh pendaki diimbau untuk tidak meninggalkan sampah, tidak merusak flora dan fauna, serta menghormati ketentuan kawasan konservasi.
Gunung Ciremai berdiri megah dengan ketinggian 3.078 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan menjadi gunung tertinggi di Provinsi Jawa Barat. Selain nilai geografisnya, gunung ini juga menyimpan nilai ekologi, budaya, dan spiritual yang tinggi bagi masyarakat sekitar.
Setiap tahunnya, terutama pada momen libur nasional dan akhir tahun, kawasan ini menjadi tujuan utama pendakian. Tak hanya pendaki profesional, banyak pula pendaki pemula yang mencoba menaklukkan puncaknya demi pengalaman pertama yang tak terlupakan.