Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Gabah di Cirebon Masih di Bawah HPP, Petani Menjerit

Di sejumlah wilayah Kabupaten Cirebon, harga jual gabah di tingkat petani masih berkisar antara Rp5.500 hingga Rp6.000 per kilogram.
Petani menjemur gabah hasil panen di Majalengka, Jawa Barat, Sabtu (5/4/2024).
Petani menjemur gabah hasil panen di Majalengka, Jawa Barat, Sabtu (5/4/2024).

Bisnis.com, CIREBON - Pemerintah pusat telah menetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk Gabah Kering Panen (GKP) sebesar Rp6.500 per kilogram sebagai langkah untuk menjaga keseimbangan harga di tingkat petani. 

Namun, di sejumlah wilayah Kabupaten Cirebon, harga jual gabah di tingkat petani masih berkisar antara Rp5.500 hingga Rp6.000 per kilogram. Kondisi ini membuat banyak petani merasa dirugikan karena hasil panen tak sebanding dengan biaya produksi.

Hasil pantauan di lapangan pada pekan keempat April 2025 menunjukkan, harga gabah yang diterima petani masih jauh dari harapan. 

Di Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, petani hanya bisa menjual gabahnya dengan harga Rp5.700 per kilogram. Di wilayah lainnya seperti Kecamatan Waled dan Pabedilan, harga bahkan bisa menyentuh angka Rp5.500.

Salah satu petani di Kecamatan Sumber, Rodi mengaku kecewa dengan anjloknya harga gabah tahun ini. Ia menyebut, biaya produksi yang dikeluarkan selama masa tanam hingga panen mencapai lebih dari Rp8 juta per hektare. 

Dengan harga gabah seperti sekarang, keuntungan yang didapat nyaris tidak ada.

"Kalau dihitung, satu hektare menghasilkan sekitar lima ton. Tapi kalau dijual Rp5.500 per kilo, hasilnya cuma Rp27,5 juta. Itu belum dipotong ongkos sewa lahan, pupuk, pestisida, dan tenaga panen. Akhirnya paling tinggal sedikit, bahkan bisa rugi kalau hasil panennya jelek," ujarnya, Jumat (25/4/2025).

Rodi menuturkan, harga gabah mulai jatuh sejak masa panen raya dimulai akhir Maret lalu. Banyaknya hasil panen yang masuk pasar membuat harga turun. Namun, ia menyayangkan tidak adanya intervensi nyata dari pemerintah untuk menjaga stabilitas harga sesuai HPP.

Beberapa petani menyebut penurunan harga juga disebabkan kurang aktifnya Perum Bulog dalam menyerap gabah dari petani. Padahal, salah satu tugas Bulog adalah menjaga stabilitas harga dan menyerap hasil panen petani sesuai HPP.

"Bulog katanya siap serap gabah, tapi kenyataannya di lapangan gak ada yang datang ke desa. Kami jual ke tengkulak karena kebutuhan mendesak, butuh uang cepat," kata Rodi.

Menurut dia, tengkulak membeli gabah dengan harga lebih rendah karena alasan kadar air tinggi atau gabah belum kering sempurna. Akibatnya, petani terpaksa menerima harga murah agar gabah cepat laku.

Perum Bulog Cabang Cirebon mengungkapkan mampu membeli gabah dari petani dengan harga sebesar Rp6.500 per kilogram dan beras kualitas tertentu seharga Rp12.000 per kilogram. 

Pimpinan Perum Bulog Cabang Cirebon Ramaijon Purba mengatakan harga tersebut sudah merupakan upaya maksimal yang dapat ditawarkan oleh Perum Bulog kepada petani, mengingat adanya sejumlah tantangan di lapangan yang memengaruhi harga beli.

Meskipun demikian, Bulog tetap berkomitmen untuk menyerap hasil pertanian dalam negeri guna menjaga kestabilan pasokan beras di pasar domestik. “Harga ini sudah melalui berbagai pertimbangan, mulai dari biaya operasional hingga kualitas produk yang kami terima,” kata Ramaijon.

Harga gabah yang ditawarkan Bulog, menurut Ramaijon, tergolong lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar yang saat ini terus bergerak naik. 

Beberapa faktor seperti cuaca ekstrem, kenaikan biaya produksi, dan ketidakstabilan harga bahan bakar turut memengaruhi harga beli gabah di tingkat petani. 

Sebagai lembaga yang bertugas untuk menjamin kestabilan harga pangan, Bulog memiliki tanggung jawab besar dalam menyerap gabah dan beras dari petani, terutama dalam situasi ketidakpastian harga pangan seperti saat ini.  

“Gabah yang kami beli harus memiliki kadar air yang sesuai dengan standar agar dapat disimpan dengan baik. Jika kualitasnya buruk atau kadar airnya terlalu tinggi, maka kami harus menolaknya. Begitu pula dengan beras, kami hanya bisa membeli beras yang memiliki kualitas tertentu yang memenuhi standar Bulog,” tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper