Bisnis.com, GARUT - Permintaan tegas disampaikan warga Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, menyusul tragedi memilukan yang merenggut 13 nyawa akibat ledakan amunisi usang.
Mereka meminta agar lokasi peledakan amunisi yang berada di wilayah tersebut ditutup secara permanen, mengingat risiko keselamatan yang dinilai semakin besar.
Kepala Desa Sagara Alit Saripudin menyuarakan keluhan warganya yang merasa selama ini tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait aktivitas berisiko tinggi di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka.
“Warga mendesak agar aktivitas peledakan dihentikan total. Sekarang bukan seperti zaman dulu. Pemukiman sudah berkembang, jaraknya semakin dekat ke lokasi,” ujar Alit, Kamis (15/5/2025).
Menurutnya, dentuman dari proses peledakan bukan hanya menimbulkan trauma, tetapi juga memicu kerusakan rumah-rumah warga. Retakan dinding, genting bergeser, hingga anak-anak yang terkejut setiap kali ledakan terdengar menjadi bukti bahwa lokasi itu tak lagi layak digunakan.
Lebih jauh, warga juga menuntut agar investigasi atas meninggalnya sembilan warga sipil dibuka secara transparan. Mereka ingin tahu penyebab pasti insiden tersebut, siapa yang bertanggung jawab, dan bagaimana langkah pencegahan agar peristiwa serupa tidak terulang.
Baca Juga
“Kami tidak ingin informasi ditutup-tutupi. Kematian warga harus diproses secara terbuka. Keluarga korban menunggu keadilan,” katanya.
Alit menambahkan, sejumlah keluarga kini menghadapi tekanan ekonomi baru karena kehilangan tulang punggung. Oleh karena itu, masyarakat juga meminta pemerintah dan institusi terkait memberikan santunan dan jaminan pendidikan bagi anak-anak korban yang ditinggalkan.
Tak hanya soal nyawa dan trauma, warga juga menyoroti kondisi lingkungan di sekitar area peledakan. Aktivitas militer tersebut dianggap telah merusak kawasan yang sebelumnya merupakan bagian dari konservasi alam di bawah Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
“Fungsi kawasan konservasi harus dikembalikan. Jangan rusak kawasan lindung hanya karena alasan pembuangan amunisi,” ujarnya.
Desa Sagara sendiri berada di kawasan yang secara geografis masuk dalam zona penyangga ekosistem hutan Garut selatan.
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah area di sana mengalami perubahan fungsi lahan akibat aktivitas non-sipil, termasuk pembuangan dan peledakan amunisi kadaluarsa oleh aparat.
Sebanyak 13 orang menjadi korban dalam ledakan amunisi usang milik TNI yang terjadi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, pada Senin (12/5/2025).
Empat di antaranya adalah anggota TNI, yaitu Kolonel Cpl Antonius Hermawan, Mayor Cpl Anda Rohanda, Kopral Dua Erik Priambodo, dan Prajurit Satu Aprio Seriawan.
Selain itu, sembilan warga sipil juga turut menjadi korban, yakni Agus bin Kasmin, Ipan bin Obur, Anwar bin Inon, Iyus Ibin bin Inon, Iyus Rizal bin Saifullah, Totok, Bambang, Rustiawan, dan Endang.
Menurut informasi awal, pemusnahan amunisi tersebut merupakan bagian dari kegiatan rutin TNI untuk menyingkirkan bahan peledak yang telah melewati masa pakainya.
Kegiatan ini dilaksanakan di lokasi yang dianggap aman dan jauh dari permukiman warga. Namun insiden tragis ini justru mengundang duka mendalam bagi masyarakat sekitar.
Ledakan pertama terjadi sekitar pukul 09.30 WIB dan menggetarkan kawasan sejauh beberapa kilometer. Suara dentuman terdengar keras dan menggema, hingga membuat warga sekitar berhamburan ke luar rumah untuk mencari tahu sumber suara.
Sejumlah saksi menyebutkan, tanah sempat bergetar ketika ledakan terjadi.
Pihak TNI yang bertugas sempat mengamankan lokasi, namun informasi belum jelas apakah penjagaan saat itu cukup ketat untuk menghalau warga mendekat. Beberapa warga yang penasaran mulai bergerak ke lokasi setelah mengira proses pemusnahan telah selesai.
Mereka datang dengan maksud untuk mengumpulkan serpihan logam sisa ledakan yang biasa dijual sebagai besi tua.
Namun nahas, beberapa saat setelah warga berkumpul di sekitar lokasi, ledakan kedua terjadi. Ledakan ini jauh lebih fatal karena terjadi ketika sejumlah warga berada dalam radius bahaya.
Korban tewas pun berjatuhan seketika, dan beberapa lainnya mengalami luka berat akibat hempasan gelombang ledakan dan serpihan material.