Bisnis.com, CIREBON - Kinerja industri perbankan di wilayah kerja Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Cirebon mengalami dinamika yang kontras pada triwulan 1/2025.
Kinerja 29 kantor cabang bank umum tercatat mengalami penurunan di sejumlah indikator penting secara year to date. Sementara lima kantor cabang bank syariah justru menunjukkan pertumbuhan yang cukup menjanjikan.
Kepala OJK Cirebon Agus Muntholib menjelaskan kinerja perbankan konvensional di wilayah pengawasannya belum menunjukkan pemulihan signifikan. Penyaluran kredit oleh Bank Umum menurun sebesar 11,67 persen ytd menjadi Rp47,90 triliun.
Hal ini turut memengaruhi penurunan pada aset yang menjadi Rp49,57 triliun atau turun 12,10%, serta dana pihak ketiga (DPK) yang turun 7,73% menjadi Rp39,74 triliun.
“Dampak penurunan penyaluran kredit dan DPK tentu berimbas pada profitabilitas. Laba tahun berjalan Bank Umum di wilayah kami tercatat turun drastis sebesar 68,06 persen secara ytd menjadi Rp492,82 miliar,” ujar Agus, Selasa (27/5/2025).
Meski begitu, Agus menyebut stabilitas kredit masih relatif terjaga, tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) yang hanya meningkat tipis sebesar 0,42% ytd menjadi 3,07%.
Baca Juga
Secara regional, kontribusi KC Bank Umum di Wilayah OJK Cirebon terhadap industri perbankan di Jawa Barat juga menunjukkan proporsi yang tidak terlalu besar.
Penyaluran kreditnya menyumbang 8,48% terhadap total kredit Bank Umum di provinsi ini, sedangkan porsi DPK sebesar 6,42% dan aset sebesar 6,89% dari total aset perbankan umum di Jawa Barat.
Di sisi lain, perbankan syariah di wilayah Cirebon menunjukkan performa yang berbanding terbalik. Agus mengungkapkan, pertumbuhan signifikan terjadi pada seluruh indikator utama bank umum syariah, meskipun laba tetap mengalami penurunan.
“Penyaluran kredit oleh lima KC bank umum syariah melonjak 59,21% secara ytd menjadi Rp6,89 triliun. Peningkatan ini dibarengi pertumbuhan aset sebesar 41,35% menjadi Rp6,95 triliun, serta DPK yang naik 14,60% menjadi Rp5,23 triliun,” ungkap Agus.
Namun, kendati mencatat pertumbuhan aset dan kredit yang signifikan, laba tahun berjalan Bank Umum Syariah di wilayah Cirebon justru turun 69,57 persen menjadi Rp68,98 miliar.
Penurunan ini, menurut Agus, disebabkan oleh beberapa faktor teknis operasional dan belum optimalnya pendapatan bunga bersih dari portofolio kredit yang baru tumbuh.
“Laba menurun bukan karena kinerja buruk, tapi karena efek sementara dari strategi ekspansi yang masih dalam fase awal. Ke depan, kami optimistis laba akan kembali meningkat seiring konsistensi pertumbuhan kredit syariah,” ujarnya.
Dari sisi risiko kredit, bank umum syariah bahkan menunjukkan perbaikan yang menggembirakan. Rasio NPL berhasil ditekan turun sebesar 1,11% menjadi 2,88%, lebih rendah dibandingkan rata-rata NPL Bank Umum di wilayah yang sama.
Kontribusi KC bank umum syariah di Cirebon terhadap kinerja perbankan syariah Jawa Barat juga cukup signifikan. Penyaluran kredit syariah dari wilayah Cirebon menyumbang 10,43% dari total kredit Bank Umum Syariah di Jabar, DPK sebesar 7,30%, dan aset sebesar 8,90%.
Agus Muntholib menyatakan, kondisi ini mencerminkan kebutuhan strategi yang berbeda antara bank konvensional dan syariah untuk menyesuaikan dengan dinamika ekonomi regional.
Ia menegaskan pentingnya kolaborasi antara perbankan dan pelaku usaha dalam menggerakkan kembali sektor riil, terutama di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) yang menjadi bagian dari cakupan OJK Cirebon.
“Kami terus mendorong perbankan, baik konvensional maupun syariah, untuk meningkatkan efisiensi, memperluas inklusi keuangan, dan memperkuat sinergi dengan sektor-sektor produktif lokal,” pungkas Agus.