Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tarif Trump 19%: Jabar Tetap Cari Pasar Baru untuk Ekspor

Pemprov Jabar tetap menyasar pasar lain, meski Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menurunkan tarif resiprokal dari 32% menjadi 19%.
Truk kontainer melintas di antara tumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (3/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Truk kontainer melintas di antara tumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (3/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, BANDUNG--Pemerintah Provinsi Jawa Barat tetap menyasar pasar lain, meski Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menurunkan tarif resiprokal dari 32% menjadi 19%.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jabar Nining Yuliastiani mengatakan penurunan tarif resiprokal menjadi 19% tidak serta merta menjadi angin segar bagi industri Jawa Barat.

Menurutnya, angka tersebut masih terbilang tinggi ketimbang negara lain yang ditetapkan oleh Amerika. Sebab itu, pihaknya tetap akan mengupayakan membuka tujuan ekspor lain agar tidak bergantung pada pasar Amerika.

"Ya, ini di satu sisi tantangan, tetapi di sisi juga juga menjadi potensi kita untuk mencari pasar lainnya di luar Amerika Serikat," katanya, Kamis (17/7/2025).

Jabar lanjut dia, memiliki potensi besar untuk masuk ke pasar luar negeri di luar Amerika melalui produk kriya. Seperti di kawasan Eropa dan Afrika, yang memknati produk fashion, furniture dan lainnya dari Jabar.

"Saya kemarin sudah berbicara dengan kementerian juga, bahwa prospek produk kriya kita, termasuk kemudian produk fashion, kemudian furniture dan lain sebagainya itu sangat prospektif diminati negara-negara seperti di Eropa, Afrika dan ternyata tadi betul," tuturnya. 

Gayung bersambut karena sejumlah produk sudah mulai menjajaki pasar baru. " Jadi ini jadi penyemangat kita untuk kemudian mencari pasar lainnya selain pasar Amerika," kata Nining.

Sisi lain, penetapan tarif resiprokal yang masih terbilang tinggi, yakni 19% juga diakuinya cukup menyulitkan. Apalagi produk Jabar dinilainya, memiliki daya saing lebih baik.

"Iya, karena tetap saja ini kalau di-pairing-kan dengan Vietnam, Malaysia, Filipina dan lain sebagainya, mungkin dalam posisi produk kita bagus, tetapi dari sisi harga kita sangat-sangat berkompetisi dengan negara lain. Nah dalam posisi itu kita juga harus antisipatif nih. Kita tetap pangsa Amerika kita garap juga tetapi kita harus mencari juga pangsa lainnya untuk memperluas pasar," terangnya.

Sementara mengenai produk Amerika yang masuk Indonesia tanpa tarif, imbas dari penurunan tarif resiprokal ekspor ini, Nining mengatakan hal tersebut sejatinya tidak terlalu menjadi ancaman.

Sebab ada perbedaan spesifikasi antara produk dalam negeri, dengan produk Amerika. Sehingga menurutnya masih terbilang aman, karena tidak berkompetisi dengan produk Amerika yang masuk ke Indonesia.

"Sebenarnya produk yang masuk ke kita, itu kebanyakan produk-produk yang memang kita butuhkan dan tidak kita produksi. Misalnya produk pertaniannya itu adalah gandum dan kedelai. Terus kemudian minyak-minyak, gas itu memang mereka memproduksi itu. Dan selama ini kita ekspor dari Timur Tengah. Kita tinggal switching aja. Jadi sebenarnya pada posisi itu, kita tidak berkompetisi terhadap produk yang mereka ekspor dan kemudian produk kita," kata Nining.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro