Bisnis.com, CIREBON - Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) berkapasitas 10 megawatt (MW) akan segera dibangun di Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon.
Proyek yang digagas PT Global Energi Investama ini menargetkan operasional penuh dalam waktu dua tahun, dengan masa konstruksi lebih dari satu tahun.
Direktur PT Global Energi Investama Machnizon Masri menjelaskan proyek tersebut saat ini memasuki tahap feasibility study (FS) atau studi kelayakan. Setelah tahap ini rampung, perusahaan akan melanjutkan ke tahap konstruksi yang memakan waktu antara 12 hingga 16 bulan.
"Target kita dua tahun dari sekarang PLTSa sudah bisa beroperasi. Saat ini kita mulai dengan FS dulu. Setelah itu baru konstruksi," ujar Machnizon, Kamis (17/7/2025).
Menurutnya, Kabupaten Cirebon dipilih sebagai lokasi prioritas karena memiliki potensi besar dalam hal volume produksi sampah. Berdasarkan kajian awal, produksi sampah harian di wilayah ini mencapai sekitar 1.200 ton per hari, namun baru sekitar 50% yang tertangani secara sistematis.
"Artinya masih ada 600 ton yang belum tertangani, dan ini bisa menjadi bahan baku untuk operasional PLTSa. Ini sangat potensial," jelas Machnizon.
Baca Juga
Pembangkit tersebut nantinya akan mengandalkan sistem termal dengan teknologi pengolahan sampah modern yang mampu mengkonversi 600 ton sampah per hari menjadi energi listrik sebesar 10 MW. Volume itu dinilai cukup memadai untuk operasional harian.
Namun, jika pada saat tertentu pasokan sampah lokal kurang dari kebutuhan, Machnizon menyebut, perusahaan siap menjalin kerja sama antarwilayah untuk menyuplai sampah dari kabupaten tetangga, seperti Indramayu, Kuningan, dan Majalengka.
"Selama ada izin dari pemerintah daerah, terutama dari bupati masing-masing, suplai sampah bisa kita ambil dari daerah sekitar. Ini penting untuk memastikan kontinuitas pasokan bahan baku," katanya.
Machnizon juga menyampaikan, PT Global Energi Investasma telah menjajaki beberapa kabupaten lain di Jawa Barat untuk proyek serupa, namun Cirebon menjadi fokus utama karena faktor demografi dan volume sampah yang dinilai paling sesuai untuk proyek tahap awal.
Selain itu, dia menekankan, proyek ini sejalan dengan agenda nasional dalam mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan memperkuat bauran energi terbarukan. PLTSa juga memberikan solusi dua arah, yaitu, mengurangi beban tempat pembuangan akhir serta menghasilkan energi bersih dari limbah domestik.
"Ini bukan hanya soal pembangkit, tapi solusi menyeluruh terhadap permasalahan sampah dan ketahanan energi," ungkapnya.
Dalam pelaksanaannya, perusahaan juga akan menggandeng pemda dan pihak swasta untuk menjamin kelancaran proyek, termasuk dalam hal perizinan, penyediaan lahan, hingga operasional jangka panjang.
"Kami harapkan dukungan penuh dari Pemkab Cirebon. Proyek ini bukan hanya investasi energi, tapi juga investasi lingkungan dan masa depan kota ini," ujar Machnizon.
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cirebon, wilayah ini setiap hari menghasilkan lebih dari seribu ton sampah. Sementara pengelolaan dan daur ulang masih menghadapi berbagai kendala, termasuk keterbatasan armada, fasilitas, serta TPA yang sudah kelebihan kapasitas.
Dengan keberadaan PLTSa, beban pengelolaan sampah di TPA dapat dikurangi secara signifikan. Pemerintah daerah pun menyambut baik rencana ini sebagai langkah konkret menuju kota ramah lingkungan.
Pemerintah Kabupaten Cirebon melalui dinas terkait menyatakan akan menelaah dokumen FS yang diajukan dan menyiapkan langkah-langkah pendukung dalam hal regulasi dan kebijakan lintas wilayah.
Apabila semua izin dan tahapan teknis berjalan lancar, proyek ini diperkirakan mulai dibangun pada semester kedua tahun depan, dan diharapkan mulai beroperasi secara komersial pada akhir 2027.