Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelajah Pesona Jabar: Sila Artisan Tea Bangun Ekosistem Bisnis Teh di Jabar

Pada masa kejayaannya, teh telah menjadi sajian premium bagi orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat.
Pemilik Sila Artisan Tea Redha Taufik Ardias/Bisnis
Pemilik Sila Artisan Tea Redha Taufik Ardias/Bisnis

Bisnis.com, BOGOR — Teh asli Indonesia kini terus digenjot pamornya agar mampu melejit dan dihargai oleh masyarakat tanah air. Pasalnya, stigma terhadap teh saat ini masih sebatas minuman pelengkap di rumah makan-rumah makan yang disajikan secara cuma-cuma.

Padahal, pada masa kejayaannya, teh telah menjadi sajian premium bagi orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat.

Hal itu, dibuktikan dengan luasnya lahan perkebunan teh yang kini ada. Sehingga, corak itu harus kembali dipertegas, eksistensi teh yang pernah bersinar agar kembali ada di singgasananya.

Pemilik Sila Artisan Tea Redha Taufik Ardias mengatakan, saat ini mayoritas masyarakat Indonesia sudah terbiasa menikmati teh dengan kualitas rendah. Sedangkan, teh-teh yang kualitasnya tinggi kini justru dinikmati oleh konsumen di luar negeri.

“Sekarang sih maaf aja, masyarakat kita sudah biasa menikmati teh yang kualitasnya rendah, biasanya diolah dari batangnya [pohon teh], dan disajikan gratis di warteg atau rumah makan,” ungkapnya kepada Tim Jelajah Pesona Jawa Barat, Bisnis Indonesia.

Selain itu, ia juga melihat adanya kesenjangan kesejahteraan petani teh, padahal ia meyakini jika saja literasi soal teh berkualitas ditingkatkan, maka petani teh akan bisa menikmati kesejahteraan.

“Bahkan saya pernah datang kesana [perkebunan teh], mereka istilahnya komplain kenapa jahat terhadap petani,” jelasnya.

Pengalaman itu ia dapatkan saat ia bekerja di salah satu perusahaan teh besar di tanah air. Dari pengalamannya itu, akhirnya menjadi tamparan bagi dirinya untuk mulai berbuat banyak bagi dunia industri teh.

Kegelisahannya itu kemudian ia wujudkan dengan membentuk ekosistem rantai pasok teh yang lebih menguntungkan semua pihak. Bahkan, harga beli teh dari petani langsung dibandrol dengan harga yang lebih laik dari harga yang sudah terbentuk.

“Harganya jauh dari harga biasanya, karena kami prihatin harga teh yang dipatok dari petani sangat murah,” jelasnya.

Redha bercerita, sebelum bekerja sama dengan Sila, para petani umumnya hanya menjual teh hasil panen mereka dengan harga sekitar Rp15.000 per kilogram. 

Namun setelah mendapatkan pelatihan, pendampingan, dan penerapan teknik pengolahan yang tepat, hasil teh tersebut pun dapat bernilai jauh lebih tinggi, bahkan mencapai Rp800.000 hingga Rp1 juta per kilogram. 

Redha menyebut bahwa Sila Artisan Tea menempatkan diri sebagai pionir teh artisan Indonesia. 

Seluruh produknya diracik dari 100% teh Indonesia berkualitas tinggi serta memenuhi standar keamanan pangan, termasuk sertifikasi halal dan Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP). 

Konsistensi pada kualitas dan standar produksi inilah yang membuat produk Sila semakin diterima di berbagai segmen pasar premium. Saat ini, Sila Artisan Tea telah hadir di jaringan hotel, restoran, dan kafe di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Medan, Bali, hingga Labuan Bajo. 

Di pasar internasional, Sila juga telah menjangkau konsumen di Singapura, Malaysia, Filipina, Austria, Jepang, Amerika Serikat, dan Kanada, termasuk melalui kanal penjualan e-commerce. 

Tak hanya fokus pada kualitas produk dan ekspansi pasar, Sila Artisan Tea juga berkomitmen untuk memberdayakan petani teh kecil di berbagai daerah. Redha menyampaikan bahwa pihaknya bekerja sama dengan petani teh yang memiliki lahan di wilayah Yogyakarta, Batang, Ciwidey, Cianjur dan Sukabumi.

Diketahui bahwa kini Sila membina sekitar 8 petani utama yang masing-masing memiliki kelompok pemetik teh di bawahnya. Satu petani bisa melibatkan hingga 25 pemetik, sehingga secara tidak langsung Sila juga turut membuka peluang ekonomi bagi ratusan orang di rantai pasoknya.

Ia berharap, posisi teh akan terus dihargai oleh masyarakat Indonesia dengan menjadikannya salah satu minuman favorit. Terlebih, saat ini variasi teh artisan sudah sangat banyak dan bisa dinikmati oleh semua kalangan.

“Sekarang kafe sudah banyak yang menyajikan variasi teh yang menarik,” jelasnya.

Sehingga, ekosistem teh akan terus membaik baik dari hulu hingga ke hilir. 

Berita ini merupakan bagian dari publikasi program Jelajah Pesona Jabar yang didukung oleh Bank Indonesia Perwaklan Jawa Barat, Bank BJB, dan JNE.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro