Bisnis.com, BANDUNG—Civitas akademika Universitas Widyatama Bandung melakukan program pengabdian masyarakat (PKM) dengan menjalankan riset dan melatih UMKM tentang hak merek pada franchising di era digital marketing.
Civitas Widyatama merasa perlu, pemanfaatan economical right melalui perjanjian waralaba (franchising) yang harus dilakukan pencatatan, sehingga pengusaha mendapatkan optimalisasi nilai ekonomis secara cepat dan fair. Riset dan pelatihan ini dilakukan oleh Tim Klaster PKM yang terdiri dari para dosen Magister Manajemen Widyatama.
Ketua Tim Klaster PKM Widyatama, Nina Nurani, mengatakan sebagai pengusaha, meski masih UMKM, pengusaha perlu memperhatikan perlindungan hukum untuk produk karya kreatif agar menjamin kepastian hak, baik moral right maupun economical right, melalui pendaftaran hak merek. Sejauh ini, UMKM masih sangat minim melakukan hal itu.
“Materi yang saya sampaikan terkait dengan implementasi hak kekayaan intelektual, terutama terkait dengan merek serta franchising dalam upaya pengembangan bisnis UMKM di era Digital Marketing,” katanya, Senin (30/12).
Menurutnya, program PKM ini diharapkan memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh pegiat UMKM mitra binaan Universitas Widyatama dalam menghadapi dan mengatasi tantangan bisnisnya di era global dan digital.
Sebagaimana diketahui, program PKM perlindungan Hak Merek atas produk kreatif ini diikuti oleh 26 pegiat UMKM dari Kota Bandung. Peserta dilatih tatacara pendaftaran hak merk dan pencatatan waralaba.
Selain Nina, pemateri lain yaitu Mohd. Haizam bin Mohd Saudi, Suharno, Nurul Hermina, Keni Kaniawati, Yenny Maya Dora, Alfiana, Deden Novan Setiawan, Farida Nursjanti, Tanti Irawati, dan Yusep Budiansyah.
Selanjutnya, Keni Kaniawati dalam pemaparan materinya tentang Pengembangan Bisnis mengatakan bahwa pengembangan UMKM di Indonesia khususnya di Jawa Barat membutuhkan ekosistem yang kondusif untuk tumbuh secara berkualitas.
“Untuk itu diperlukan berbagai unsur yang mendukung pengembangan bisnis pada usaha UMKM dari hulu ke hilir seperti produk, promosi dan pembiayaan,” kata Keni.
Paparan berikutnya mengenai Digital Marketing oleh Yenny Maya Dora serta Tim Womenwill Gapura Digital Bandung menyatakan bahwa langkah solutif mengembangkan usaha sebagai bahan promosi yang cepat, murah dan praktis adalah menerapkan digitalisasi marketing.
Dengan adanya PKM melalui kegiatan pelatihan tersebut diharapkan usaha Tini Gustini sebagai pegiat UMKM “Serundeng kalapa Indung” serta pegiat UMKM lainnya di Kota Bandung mampu menjalankan usahanya dengan melakukan divesifikasi usaha melalui franchising dengan melakukan pencatatan dan pendaftaran Hak merek.
Sebagai kegiatan yang berkesinambungan, Tim Klaster PKM akan menindaklanjuti kegiatan ini berupa pendampingan secara berkelanjutan kepada pegiat UMKM lainya sebagai mitra binaan UMKM Universitas Widyatama.
“Kami berharap, usaha UMKM binaan WIdyatama bisa go global. Kami pantau seluruh progresnya. Dan kami yakin beberapa dari binaan kami segera mewujudkan hal itu,” katanya.
Anggota kluster lain, Alfiana mengatakan Program PKM merupakan dharma ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi selain Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan, idealnya terinternalisasi ke dalam jiwa seluruh civitas akademika.
“Sehingga terminologi tersebut bukan hanya slogan atau jargon, namun terimplementasi dengan baik secara berkelanjutan dan terus hingga menjadi budaya civitas akademika,” katanya.
Dengan demikian, tuturnya, dosen sebagai salah satu civitas akademika, tidak hanya melakukan kegiatan pendidikan dan penelitian namun juga melakukan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ketiga yaitu Pengabdian Kepada Masyarakat.