Bisnis.com, BANDUNG -- Di tangan orang-orang kreatif, gulma yang invasif dan mengganggu di wilayah perairan justru menjadi sumber rezeki. Seperti yang dilakukan oleh kelompok Cirata Eceng Craft (Ciecra).
Kelompok usaha kreatif warga tersebut mengolah eceng gondok di perairan Waduk Cirata menjadi barang-barang kerajinan yang bernilai guna dan elok.
Duduy Abdullah, pemilik galeri Ciecra di Desa Cipeundeuy tersebut mengatakan, usaha kreatif tersebut dirintis sejak mengikuti kegiatan PLN Nusantara Power Unit Pembangkitan Cirata (PLN NP UP Cirata) menyambangi pameran di Tasikmalaya.
Dari sana, ketertarikannya muncul guna mengolah eceng gondok menjadi berbagai kerajinan. Duduy pun difasilitasi sarana prasarana untuk mengolah eceng gondok yang merupakan limbah dari Waduk Cirata bersama masyarakat untuk diolah dan dianyam.
Hal senada dikemukakan Rizki Hasan, putra Duduy yang menyebutkan sang ayah mengembangkan bermacam-macam produk berbahan baku gulma itu berupa kursi, tas, dompet, pot bunga, wadah tisu dan hiasan dinding.
Tak cuma melibatkan ibu-ibu di wilayah Cipeundeuy, Duduy juga melatih warga di luar KBB, seperti dari Palumbon, Purwakarta. Pesanan juga mengalir dari pelaku usaha kreatif dari Kota Bandung, Tasikmalaya.
Ciecra bahkan pernah memperoleh pesanan jumbo dari Majalengka berupa satu kontainer hiasan dinding. "Yang sering dipesan tempat duduk, karpet," ujar Duduy saat ditemui di galerinya beberapa waktu lalu.
Proses pengerjaan produk kerajinan itu butuh ketekunan dan ketelitian. Eceng gondok sebelumnya harus dikeringkan terlebih dulu atau dijemur sebelum dianyam.
Setelah penganyaman, pembersihan dilakukan disusul pengecatan menggunakan pernis agar hasil kerajinan mengkilap. Proses pengeringan eceng gondok memakan waktu cukup lama, karena tahapan tersebut bergantung pada cuaca dan cahaya matahari.
Terlebih, durasi penjemuran di darat yang butuh waktu satu bulan. Di musim hujan, Duduy mengakui, proses pengeringan menjadi lebih sulit lagi. Walau begitu, jerih payahnya membangun usaha dan melatih warga membuat kerajinan kreatif anyaman gulma itu menjadi ladang rezeki masyarakat.
Apresiasi atas hasil kerajinan kreatif itu muncul dari Lutfah Qiyadah Rabbaniyah, warga Desa Nanggeleng, Kecamatan Cipeundeuy. Ia menyempatkan diri mendatangi galeri untuk melihat langsung produk-produk anyaman Ciecra.
"Unik dan estetik," ucap Lutfah.
Ia mengaku tertarik dengan produk karpet dari anyaman gulma tersebut. Selain bisa dipakai di ruang tamu, karpet tersebut juga elok dipandang.
"Bisa buat foto-foto produk yang saya jual juga," ucap perempuan yang memiliki bisnis online tersebut.
Tak hanya menarik minat pembeli, usaha kreatif itu juga memberdayaan ekonomi masyarakat. Salah satunya warga yang memperoleh manfaat ekonomi itu adalah Elis Sumarni.
Sudah beberapa tahun terakhir, perempuan asal Kampung Nagrog Kulon, Desa Ciharashas, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat tersebut menambah pendapatan keluarganya sebagai perajin eceng gondok.
Ia tak sendiri. Ada sekitar lima warga lain di kampungnya yang berprofesi serupa. Elis membuat berbagai produk kerajinan anyaman eceng gondok di rumahnya. Berbagai kerajinan tersebut kemudian dikumpulkan di Duduy untuk kemudian dikirim atau dijual ke pembeli.
Kehadiran usaha kreatif tersebut pun menjadi solusi dalam penanganan limbah eceng gondok di Waduk Cirata.
“Kami dari PLN NP UP Cirata sangat mendukung kegiatan dari para perajin kerajinan dari eceng yang disebut Ciecra karena selain mengurangi limbah eceng, kegiatan tersebut juga dapat menambah pendapatan ekonomi untuk para perajin, sehingga warga masyarakat sekitar terbantu dengan adanya kegiatan tersebut" ujar Ochairaldy, Senior Manager PLN NP UP Cirata.