Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tagihan PDAM Melonjak, Warga Desa di Majalengka ini Harus Bayar Hampir Rp1 Juta

Seorang ibu rumah tangga dibuat jengkel setelah menerima tagihan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Majalengka yang membengkak hingga Rp921.000.
Ilustrasi/Istimewa
Ilustrasi/Istimewa

Bisnis.com, MAJALENGKA- Seorang ibu rumah tangga asal Kecamatan Talaga, Majalengka, Dina Rahmadani, dibuat jengkel setelah menerima tagihan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang membengkak hingga Rp921.000. Padahal, menurutnya, saluran air sering terganggu karena pengaruh musim kemarau.

Dina yang tinggal di rumah milik mertuanya itu merasa tagihan bulan Agustus tidak masuk akal. Tercatat tagihan penggunaan air selama satu bulan mencapai 83.000 liter, atau setara 18 truk tangki air berkapasitas 500 liter.

"Masa kami menghabiskan air sebanyak itu, padahal tidak buka usaha kolam renang atau jasa laundry. sehari-hari hanya dipakai untuk mandi cuci kakus. Rasanya tidak mungkin kami bisa menghabiskan air sebanyak itu dalam satu bulan," ungkap warga Desa Talagawetan, Kecamatan Talaga, Kabupaten Majalengka, Rabu (18/9/2024).

Dia menuturkan kejadian ini bukan yang pertama kali terjadi. Pada tahun lalu juga pemakaian air tiba-tiba melambung. Tagihan tertinggi mencapai Rp750.000 dengan catatan penggunaan air mencapai 68.000 liter di Bulan Desember.

Setiap kali komplen, kata Dina, pihak PDAM selalu berdalih jika kesalahan itu ada pada konsumen seperti pemakain atau kealpaan dalam menutup buka keran air. 

Adapun setiap mereka melakukan pengecekan hanya memeriksa kebocoran sampai hal-hal teknis lainnya tanpa memberi solusi atau menelusuri ihwal tagihan yang tiba-tiba besar tersebut. 

"Dulu komplen juga katanya rumah nenek ini yang kami tinggali bukan lagi kategori rumah biasa melainkan masuk niaga golongan 1. Tanpa ada sosialisasi harganya pun berubah menjadi Rp10.000 dari tadinya Rp2.000 per meter kubik kalau saya tidak salah," imbuhnya.

Namun, kenaikan itu dirasa membebani pasalnya tidak diimbangi dengan peningkatan layanan dari PDAM. Apalagi, air di wilayahnya hanya mengalir dari jam 6 sore hingga jam 6 pagi. 

"Kalau pun dipakai usaha dengan jadwal air yang mengalir hanya 12 jam dan itu di malam hari tetap tidak menunjang dan malahan seperti rumah pada umumnya saja," tuturnya

Dina menjelaskan bahwa tagihan PDAM awalnya hanya sekitar Rp50.000 per bulan, lalu tiba-tiba naik menjadi Rp200.000, Rp600.000, dan sekarang mencapai Rp900.000.  Ia juga menyebutkan bahwa tagihan air di tetangganya rata-rata tidak pernah lebih dari Rp 200 ribu, sehingga situasi yang dialaminya semakin timpang.

Bahkan Dina menunjukan data pemakaian rumahnya itu berdasarkan data dari website http://pdam-majalengka.com/. Selama menjadi pelanggan PDAM, kenaikan dan kesemerawutan penggunaan air terjadi 2 tahun terakhir pasca kenaikan tarif air.  

Dina yang tidak menjalankan usaha yang menghabiskan air dalam jumlah besar ini meminta agar pihak PDAM segera menyelidiki dan menyelesaikan masalah tersebut. Dia berharap pihak berwenang dapat melakukan pengecekan lebih lanjut yang akuntabel.

"Saya hanya tinggal di desa tapi tagihannya sudah setangah UMR Majalengka. Bagi saya ini aneh saja membayar apa yang saya tidak pakai dan mesti bayar mahal sekali hanya untuk dapat akses air," pungkasnya.

Kasus ini menarik perhatian masyarakat setelah viral di media sosial. Fenomena ini banyak mengundang prihatin dari warganet yang juga mengalamai kasus serupa.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper