Bisnis.com, CIREBON — Ruas jalur Pantura Indramayu-Cirebon di Jawa Barat masih minim penerangan jalan umum (PJU) menjelang arus mudik Lebaran 2025.
Kondisi ini memicu kekhawatiran di kalangan pemudik dan warga setempat, terutama terkait potensi kecelakaan dan tindak kriminalitas di malam hari.
Dari hasil pantauan langsung Bisnis di lokasi, kondisi penerangan di sepanjang jalur utama dari Indramayu menuju Cirebon memang jauh dari ideal.
Pada malam hari, ruas jalan di beberapa titik nyaris gelap gulita terutama di kawasan Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu hingga Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Indramayu.
Seorang pengendara sepeda motor, Agus (34), yang melintas dari Indramayu menuju Cirebon pada pukul 21.30 WIB mengaku harus ekstra hati-hati.
"Kalau malam, jalan ini gelap banget. Kadang ada kendaraan besar yang tiba-tiba muncul di depan karena lampunya terlalu silau, sementara jalan samping hampir tidak kelihatan sama sekali. Sangat berbahaya, apalagi kalau ada pemotor tanpa lampu,” ujarnya, Senin (17/3/2025)..
Baca Juga
Tidak hanya pemotor, sopir angkutan umum seperti Andi (45) juga merasakan dampak dari minimnya penerangan.
“Banyak titik buta, terutama di sekitar jembatan atau tikungan. Kalau ada kendaraan yang berhenti mendadak atau jalanan berlubang, itu sangat berisiko bagi pengemudi,” katanya.
Selain minimnya penerangan, kondisi jalan yang berlubang di beberapa titik semakin memperburuk situasi. Meskipun beberapa ruas sudah diperbaiki, namun ada banyak titik yang masih rusak dan sulit terlihat di malam hari.
Minimnya penerangan jalan juga menjadi celah bagi tindak kejahatan. Beberapa pengemudi mengaku kerap mendengar laporan tentang aksi pemalakan dan begal, terutama di daerah yang jauh dari permukiman.
Menjelang arus mudik yang diperkirakan mencapai puncaknya dalam beberapa pekan mendatang, kepolisian dan pemerintah daerah mengimbau pemudik agar lebih waspada ketika melintas di jalur Pantura, terutama pada malam hari.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memproyeksikan jumlah pergerakan masyarakat selama Lebaran 2025 mencapai 146,48 juta jiwa dengan puncak arus mudik terjadi pada 29 Maret dan puncak arus balik diproyeksikan terjadi pada 6 April 2025.
Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi menuturkan berdasarkan survei yang dilakukan, pihaknya memproyeksikan dua skenario puncak arus mudik yaitu dengan kebijakan work from anywhere (WFA) dan tidak.
“Gambaran apabila diberlakukan WFA maupun tidak diberlakukan, jika tidak diberlakukan maka akan terjadi spike cukup tinggi pada H-3, dengan WFA kami melihat lonjakannya turun cukup besar,” tuturnya.
Puncak arus mudik akan terjadi pada H-3 Lebaran atau Jumat (28/3/2025) dengan potensi pergerakan mencapai 11,5% atau sekitar 16,85 juta jiwa jika WFA tidak diterapkan. Sementara jika WFA diberlakukan sebanyak 12,15 juta jiwa akan mudik atau sekitar 8,3%.
Sementara itu, untuk puncak arus balik, Dudy memaparkan akan terjadi pada H+5 atau Minggu (6/4/2025) dengan potensi pergerakan penumpang mencapai 31,49 juta jiwa atau sekitar 21,5% dari total keseluruhan pemudik.