Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Lebaran, Jumlah Koperasi di Cirebon Menyusut

Peran pemerintah daerah belum mampu menyelamatkan yang koperasi dinilai lemah, sehingga banyak koperasi akhirnya gulung tikar.
Koperasi Indonesia/Dekopin
Koperasi Indonesia/Dekopin

Bisnis.com, CIREBON - Jumlah koperasi di Kabupaten Cirebon mengalami penurunan drastis dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2023, jumlah koperasi yang tercatat masih mencapai 831 unit, namun kini hanya tersisa 366 koperasi yang aktif.

Jumlah anggota koperasi pun ikut menyusut dari 232.031 menjadi hanya 118.407 orang. Fenomena ini menunjukkan semakin melemahnya peran koperasi sebagai soko guru perekonomian rakyat.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Cirebon Dadang Suhendra mengatakan kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor, terutama semakin ketatnya persaingan dengan lembaga keuangan lain, khususnya pinjaman online (pinjol) yang menawarkan akses cepat dengan persyaratan yang lebih mudah. 

Selain itu, kata Dadang, peran pemerintah daerah pun belum mampu menyelamatkan yang koperasi dinilai lemah, sehingga banyak koperasi akhirnya gulung tikar.

"Salah satu penyebab utama merosotnya jumlah koperasi di Kabupaten Cirebon adalah maraknya layanan pinjaman online. Berbeda dengan koperasi yang sering kali memiliki proses administrasi panjang dan membutuhkan keanggotaan tetap, pinjol menawarkan pinjaman cepat tanpa prosedur yang berbelit," kata Dadang beberapa waktu lalu.

"Pinjol menawarkan kemudahan yang tidak bisa diberikan oleh koperasi. Masyarakat bisa meminjam uang dalam hitungan menit hanya dengan KTP, sementara koperasi membutuhkan proses yang lebih panjang. Inilah yang membuat banyak orang beralih ke pinjol," imbuhnya.

Dadang juga mengakui, banyak koperasi yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Digitalisasi menjadi tantangan besar bagi koperasi-koperasi tradisional yang masih bergantung pada sistem manual.

Selain persaingan dengan pinjol, lemahnya intervensi pemerintah daerah juga dianggap sebagai faktor utama yang mempercepat kehancuran koperasi di Cirebon. Selama ini, koperasi menghadapi berbagai tantangan, mulai dari sulitnya akses permodalan hingga kurangnya pendampingan dari dinas terkait.

"Sebenarnya, kami sudah berupaya memberikan berbagai pelatihan dan pendampingan kepada koperasi. Namun, kami akui bahwa anggaran yang terbatas menjadi kendala besar dalam memberikan dukungan penuh," kata Dadang.

Ketika ditanya tentang strategi untuk menyelamatkan koperasi yang tersisa, Dadang Suhendra mengungkapkan, pihaknya sedang mengembangkan berbagai program revitalisasi koperasi, termasuk mendorong koperasi untuk bertransformasi ke sistem digital.

Namun, program tersebut masih dalam tahap perencanaan dan belum ada kepastian kapan akan direalisasikan. Sementara itu, tren penurunan koperasi terus berlanjut, memunculkan kekhawatiran bahwa koperasi di Cirebon bisa semakin tergerus dan kehilangan peran vitalnya dalam perekonomian daerah.

"Koperasi itu bagian dari ekonomi kerakyatan yang harus dilindungi. Jika tidak ada kebijakan yang berpihak pada koperasi, maka ke depan kita akan melihat semakin banyak koperasi yang tutup dan masyarakat semakin bergantung pada pinjol yang justru bisa menjerat mereka dengan bunga tinggi," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper