Bisnis.com, BANDUNG — Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi meminta agar warga sipil tak lagi terlibat atau membantu proses pemusnahan amunisi usang yang dilakukan pihak TNI, seperti yang terjadi di Garut.
Dedi Mulyadi mengatakan ke depan keterlibatan warga sipil dalam proses pemusnahan akan menjadi perhatian khusus pihaknya agar tidak lagi terjadi musibah yang menelan korban jiwa. “Ke depannya akan menjadi perhatian utama. Kalau saya sih cenderung, warga sipil yang di Garut, tidak boleh lagi terlibat dalam kegiatan itu,” katanya, Rabu (14/5/2025).
Menurutnya meskipun warga mengaku sudah terlatih, kegiatan tersebut memiliki resiko tinggi. “Bukan orang yang terlatih, walaupun dia mengatakan saya terlatih, tapi kan pekerjaannya bukan ranah sipil,” ujarnya.
Dari kunjungannya ke RSUD Pameungpeuk, Selasa (13/5/2025) meninjau korban ledakan amunisi, Dedi Mulyadi mendapatkan penjelasan jika korban-korban sipil bekerja di area ledakan. “Pengakuan orang yang sudah bekerja 10 tahun disitu, mereka posisi bekerja, membantu teman-teman anggota di situ,” katanya.
Pihaknya enggan berkomentar apakah dalam kejadian kemarin warga sipil yang ada di lokasi layak atau tidak karena merupakan ranah TNI untuk menjelaskan.
“Ranah saya, ranah sosial dan penananganan ketika saat ini sudah terjadi,” katanya.
Baca Juga
Sebelumnya, sebanyak 13 orang menjadi korban dalam ledakan amunisi usang milik TNI yang terjadi di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, pada Senin (12/5/2025). Empat di antaranya adalah anggota TNI, yaitu Kolonel Cpl Antonius Hermawan, Mayor Cpl Anda Rohanda, Kopral Dua Erik Priambodo, dan Prajurit Satu Aprio Seriawan.
Selain itu, sembilan warga sipil juga turut menjadi korban, yakni Agus bin Kasmin, Ipan bin Obur, Anwar bin Inon, Iyus Ibin bin Inon, Iyus Rizal bin Saifullah, Totok, Bambang, Rustiawan, dan Endang.