Bisnis.com, Jakarta — Salah seorang wali murid di sekolah Babelan Bekasi Jawa Barat Adhel Setiawan angkat bicara mengenai kebijakan memasukan murid ke barak TNI oleh Gubernur Jabar Dedi Mulyadi.
Adhel menjelaskan tidak hanya dirinya, tetapi juga siswa dan guru di sekolah juga takut jika siswa nakal dijebloskan ke barak militer.
Menurut Adhel, guru-guru bakal merasa gagal mendidik muridnya apabila mereka dimasukan dalam barak untuk mengikuti pendidikan militer. Sebab, kata dia, para guru juga telah berusaha untuk mendidik sekuat tenaga agar siswanya tidak nakal.
"Jadi kepala sekolah, guru-guru merasa khawatir. Merasa dikangkangilah dalam tanda kutip ya, kalau sampai nanti anak-anak ada yang diambil, diangkut, atau dibawa ke barang militer. Jadi sebetulnya ini kebijakan populis tapi sama sekali tidak populer sebetulnya," tutur Adhel di Jakarta, Kamis (8/5).
Dia juga mengaku bahwa dirinya sudah melaporkan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi ke Komnas HAM, KPAI sekaligus Kementerian Dalam Negeri terkait aksinya yang di luar nalar.
Adhel mengklaim bahwa pelaporannya itu banyak didukung wali murid yang resah anaknya dijebloskan ke barak TNI.
Baca Juga
"Jadi permasalahan kenakalan sebetulnya, kenakalan remaja itu menurut kami ya orang tua siswa ini, kenakalan siswa itu, itu karena mereka tidak didengar," katanya.
Dia mengatakan program Dedi Mulyadi itu dinilai sangat tidak sesuai dengan falsafah pendidikan. Menurutnya, bagi anak yang memang menyukai militer, akan merasa bahwa hal itu senang-senang saja, tapi tidak dengan murid lainnya.
"Itu tugas dari guru dan orang tua beserta pemerintah pemegang kebijakan tentang pendidikan," ujarnya.
Berdasarkan catatan Bisnis, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi membeberkan anak-anak Jawa Barat bermasalah yang kini sudah berada dan akan ke barak militer bakal dididik selama 28 hari.
Hal tersebut dia sampaikan seusai bertemu dengan Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai di Gedung Kementerian HAM, Jakarta, Kamis (8/5/2025).
"Target yang sekarang 28 hari. Setelah itu naik kenaikan kelas. Kan nanti bulan Juni kenaikan kelas. Kalau kenaikan kelas mereka kembali ke orang tuanya, karena sudah waktunya libur,” ungkap dia
KDM, sebutan akrabnya, menerangkan kebijakan anyarnya ini akan terbagi dalam tiga gelombang, sehingga dirinya tidak memiliki target tertentu untuk jumlah siswa yang harus dididik di barak militer.
Dia memastikan pihaknya siap menerima setiap orang tua manapun yang meminta anaknya untuk dididik melalui pola pendidikan disiplin di barak militer.
"Dan seluruh rangkaian ini adalah orang atau anak yang diantar oleh orang tuanya. Kami tidak menerima anak yang tidak berdasarkan persetujuan orang tua,” ucapnya.