Bisnis.com, CIREBON - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Cirebon mendorong dua Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kopi binaannya untuk mampu menembus pasar ekspor pada 2026 mendatang.
Komitmen ini menjadi bagian dari strategi besar BI dalam memperkuat kapasitas pelaku usaha lokal agar memiliki daya saing global, terutama di sektor kopi yang memiliki potensi unggulan di wilayah Jawa Barat bagian timur.
Kedua UMKM tersebut berada di bawah naungan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Buana Ciremai, yakni komunitas petani dan pengusaha kopi dari wilayah Kuningan dan Majalengka.
Mereka adalah pelaku usaha kopi yang telah memperoleh sertifikasi Indikasi Geografis (IG) dan telah dibina secara berkelanjutan oleh BI Cirebon melalui pelatihan, penguatan kelembagaan, serta fasilitasi promosi.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Cirebon Jajang Hermawan menyampaikan dorongan ekspor ini bukan sekadar target bisnis semata, tetapi menjadi bagian dari upaya membangun ekosistem ekspor berbasis UMKM yang berkelanjutan.
“Kami ingin memastikan bahwa pelaku UMKM kopi dari wilayah Ciayumajakuning ini tidak hanya unggul secara lokal, tetapi juga siap secara kualitas, kuantitas, dan tata kelola untuk menembus pasar internasional,” ujar Jajang, Minggu (18/5/2025).
Baca Juga
Jajang menjelaskan, dua UMKM kopi tersebut telah mengikuti serangkaian pembinaan dan kurasi produk selama lebih dari dua tahun terakhir. Produk kopi mereka berasal dari lereng Gunung Ciremai dan kawasan pegunungan Cakrabuana yang dikenal memiliki karakter rasa unik dan berkualitas tinggi.
Menurutnya, BI Cirebon memberikan pendampingan komprehensif mulai dari aspek budidaya, pascapanen, penjaminan mutu, hingga desain kemasan dan sertifikasi IG. Bahkan, dalam dua tahun terakhir, BI Cirebon juga memfasilitasi keterlibatan mereka dalam ajang pameran internasional seperti World of Coffee Jakarta 2025.
“Kehadiran mereka di ajang World of Coffee Jakarta menjadi langkah awal yang penting. Mereka tidak hanya tampil, tetapi juga berhasil menarik minat calon mitra dari luar negeri. Kami mencatat ada lebih dari 20 buyer potensial yang melakukan penjajakan langsung dengan pelaku UMKM kopi binaan kami,” kata Jajang.
World of Coffee Jakarta 2025 sendiri merupakan pameran kopi skala internasional pertama di Asia Tenggara, diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai negara produsen dan pelaku industri kopi dunia.
Booth bertajuk Flavors of West Java yang dikoordinasikan oleh Kantor BI se-Jawa Barat menjadi panggung strategis bagi UMKM kopi asal daerah untuk menampilkan produk terbaiknya.
Untuk itu, program pembinaan akan diperkuat pada aspek pengurusan izin ekspor, sertifikasi organik, serta pelatihan keuangan dan tata kelola bisnis yang terintegrasi.
“Kami tidak ingin UMKM ini hanya sekali tampil lalu hilang. Target kami adalah keberlanjutan. Oleh karena itu, pendampingan akan terus dilanjutkan dan kami juga akan menggandeng mitra lain seperti Bea Cukai, Dinas Perdagangan, dan lembaga ekspor untuk memastikan kesiapan mereka,” ujar Jajang menambahkan.
Dukungan BI terhadap sektor kopi bukan tanpa alasan. Data internal BI Cirebon menunjukkan bahwa komoditas kopi dari wilayah Gunung Ciremai memiliki potensi pasar ekspor yang signifikan, dengan proyeksi nilai transaksi tahunan mencapai Rp5–8 miliar jika dikelola secara terstruktur.
Lebih jauh, keberhasilan dua UMKM kopi ini diharapkan dapat menjadi percontohan bagi pelaku usaha kecil lainnya di wilayah Cirebon Raya untuk menjajaki ekspor, tidak hanya di sektor kopi, tetapi juga produk unggulan lokal lainnya seperti olahan mangga, batik, dan kerajinan rotan.
“Kami berharap ini bisa menjadi pemantik. Ketika ada yang berhasil ekspor, UMKM lain akan melihat bahwa peluang itu nyata dan bisa dicapai jika dibina dengan baik,” pungkas Jajang Hermawan.