Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemda Diminta Segera Antisipasi Risiko Peningkatan Volume Sampah Elektronik

Pemerintah daerah hingga pemerintah pusat diminta untuk segera melakukan antisipasi terkait risiko peningkatan sampah elektronik.
Sampah elektronik
Sampah elektronik

Bisnis.com, BANDUNG — Pemerintah daerah hingga pemerintah pusat diminta untuk segera melakukan antisipasi terkait risiko peningkatan sampah elektronik

Hal itu merupakan dampak dari pesatnya perkembangan teknologi komunikasi yang saat ini sejalan dengan risiko peningkatan sampah elektronik atau e-waste di lingkungan. Sehingga dibutuhkan implementasi aturan agar sampah elektronik tidak menjadi masalah di masa depan.

Leader of World Cleanup Day Indonesia Andy Bahari mengatakan berdasarkan data hingga 2023, sampah elektronik yang saat ini dihasilkan masyarakat mencapai 2,3 juta ton dengan angka perkapitanya mencapai 7,5-8 kilogram per orang.

“Dan itu pasti meningkat terus karena perangkat elektronik semakin banyak dan meningkat,” ungkap dia belum lama ini.

Saat ini menurutnya, dibutuhkan kesadaran dari masyarakat bahwa perangkat elektronik apapun yang sudah tidak terpakai adalah sampah yang harus dibuang. Karena, di dalamnya tanpa disadari ada dampak bagi kesehatan maupun lingkungan.

Sehingga, ia mendorong Kementerian Lingkungan Hidup untuk membuat sistem dan infrastruktur agar masyarakat bisa membuang sampah elektronik dengan mudah dan tidak tercampur dengan jenis sampah lainnya.

“KLH bisa mulai perhatikan yang sebenarnya tidak membutuhkan anggaran besar untuk memasilitasi tempat pembuangan sampah elektronik,” jelasnya.

Ia menilai, kemungkinan besar akan terjadi lonjakkan sampah elektronik seiring dengan elektronifikasi segala kebutuhan masyarakat, mulai dari TV, Kulkas, Speaker, kabel charger, hingga, komputer gadget dan laptop.

“Masyarakat karang jarang membuang perangkat elektronik yang rusak, justru menyimpan, karena mereka nggak tahu harus buang ke mana,” jelasnya. 

Terlebih, dengan meningkatnya teknologi, semakin cepat pula sebuah perangkat elektronik berganti, dari model lama ke model baru. Celakanya, hampir setiap brand elektronik, dalam satu tahun lebih dari satu kali meluncurkan produk terbaru dengan dibekali teknologi terkini.
“Pergantian elektronik itu semakin cepat, pasalnya banyak brand yang semakin cepat meluncurkan model baru, bahkan 1 tahun bisa tiga mode keluar,” ungkapnya.

Untuk itu, ia menilai perlu adanya langkah preventif dari setiap merek elektronik yang rajin mengeluarkan model-model produk terbarunya dalam waktu singkat terkait sampah elektroniknya. Salah satunya melalui sistem beli kembali, atau buy back.

“Sehingga masyarakat yang mau ganti perangkat, itu bisa menukar perangkat lamanya ke perangkat baru sehingga nantinya sampah elektronik bisa ditanggulangi,” imbuhnya.

Group Chief of HC, GA, Litigation, & CSR at Erajaya Group Jimmy Perangin-angin mengatakan, sampah elektronik memang harus bisa segera diatasi. Sehingga pihaknya menggelar kampanye erafone Jaga Bumi yang fokus mengelola sampah elektronik (e-waste) dan dilakukan sejak awal 2025.

Ia mengatakan, langkah merupakan langkah proaktif erafone dalam upaya pengelolaan limbah elektronik (e-waste). Melalui inisiatif ini, erafone berkomitmen menyediakan fasilitas pengumpulan e-waste di Indonesia. 

Sampah elektronik yang terkumpul di sejumlah titik drop box erafone akan didaur ulang melalui proses yang ramah lingkungan. Gerakan erafone Jaga Bumi ini menjadi solusi aman bagi masyarakat yang ingin membuang perangkat elektroniknya.

Secara lingkungan, kegiatan ini telah memberikan dampak nyata yaitu mengurangi emisi karbon hingga 467 kg CO₂, menghemat energi sebesar 854 kWh, serta mengurangi kebutuhan lahan TPA/landfill sebesar 10 m².

”Ini menunjukkan bahwa langkah kecil dari konsumen, jika difasilitasi dengan benar, bisa menghasilkan dampak lingkungan yang signifikan dan terukur. Melalui erafone Jaga Bumi, Erajaya Group ingin menjadi bagian dari solusi atas isu lingkungan, tidak hanya bagi pelanggan tetapi juga demi masa depan bumi Indonesia. Karena itu, kami mengajak semua pihak untuk membangun ekosistem pengelolaan e-waste yang inklusif, terstruktur, dan berkelanjutan,” kata Jimmy.

Jimmy menambahkan, gerakan erafone Jaga Bumi ini menjadi momentum bagi semua pihak untuk lebih bertanggung jawab sebagai konsumen, lebih kolaboratif sebagai masyarakat, dan lebih visioner sebagai pelaku usaha. 

“Kami mengajak semua pihak untuk segera bertindak dengan tidak membuang e-waste sembarangan. Mulailah dari langkah sederhana, seperti menyalurkan e-waste ke dropbox erafone Jaga Bumi.  Harapannya, program ini tidak hanya menjadi fasilitas, tetapi juga mendorong aksi kolektif untuk menjaga lingkungan,” ujar Jimmy.

Pada tahap awal, kata Jimmy, sudah hadir 10 drop box di 10 gerai erafone yang tersebar di Jabodebek. Sepanjang tahun ini, erafone berencana menghadirkan sekitar 25 – 50 drop box di enam wilayah kerjanya.  

Menurut Jimmy, erafone Jaga Bumi ini juga sebagai bagian komitmen dan implementasi ESG Erajaya group.

Menurut statistik Global E-waste Monitor pada 2024, kenaikan sampah elektronik lebih cepat lima kali lipat ketimbang capaian daur ulangnya. Laporan yang sama menyebut jumlah timbulan sampah elektronik sedunia mencapai 62 miliar kilogram. 

Dari jumlah tersebut, hanya 22,3% yang berhasil dikumpulkan serta didaur ulang secara ramah lingkungan. Di Indonesia, Founder of Asah & Co-founder Parongpong Gadis Prawewari mengungkapkan, hingga saat ini belum ada solusi terkait sampah elektronik yang terus meningkat jumlahnya.

“Saya sempat mampir ke TPA Leuwigajah di Bandung dan warga di sekitar sana pun masih banyak yang membuang sampah sembarang, termasuk sampah elektonik. Karena itu, masih perlu upaya edukasi yang intensif kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah elektronik. Kita harus memberitahu bahwa sampah elektronik itu tidak melebur di tanah,” kata Gadis.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper