Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bandung Jadi Kota Termacet di Indonesia, Ini Dampak ke Ekonominya

Banyak sekali uang yang menguap dari jutaan kendaraan yang terjebak macet di Kota Bandung.
Kendaraan pemudik terjebak kemacetan di jalur Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (29/3/2025). Antara/Raisan Al Farisi/rwa.
Kendaraan pemudik terjebak kemacetan di jalur Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (29/3/2025). Antara/Raisan Al Farisi/rwa.

Bisnis.com, BANDUNG-- Predikat Kota Termacet di Indonesia dan peringkat 12 termacet di dunia yang disandang oleh Kota Bandung oleh Tomtom traffic Index dinilai akan memberikan dampak ekonomi yang serius.

Pasalnya, kota berjuluk Paris van Java ini sangat mengandalkan sektor pariwisata yang di dalamnya ada sektor hotel, restoran café yang memberikan cukup besar andil pendapatan asli daerah (PAD) maupun pendapatan warganya.

Berdasarkan situs tersebut, rata-rata perjalanan per 10 kilometer di Kota Bandung membutuhkan Waktu 32 menit 37 detik dengan rata-rata penyumbatan arus lalu lintas 48% dan Waktu hilang per tahun pada jam sibuk adalah 108 jam. Tak hanya itu, kepadatan lalu lintas Kota Bandung juga berada du ranking 8 dunia.

Ekonom dari Universitas Pasundan (Unpas) mengatakan, kondisi ini memberikan dampak perekonomian yang besar bagi Kota Bandung. 

"Artinya, selama 2024, banyak sekali uang yang menguap dari jutaan kendaraan yang terjebak macet di Kota Bandung. Lalu banyak juga usaha Warga Kota Bandung yang tidak jadi dibeli karena orang sudah malas melihat kepadatan lalu lintas di kota ini," ungkap dia kepada Bisnis.

Dia menjelaskan, data ini juga menjadi tamparan keras bagi Pemerintah Kota Bandung yang tak urung merealisasikan program besar pengentasan permasalahan kepadatan lalu lintas.

Padahal sudah sejak lama pemerintah mewacanakan pelbagai program dan janji kampanye untuk menyelesaikan masalah ini.

"Pemerintah Kota Bandung tidak cukup dengan mewacanakan penataan angkutan umum dengan berbasis digital, tapi juga harus ada usulan jelas mengenai inrastruktur yang dibutuhkan segera oleh kota ini," ungkapnya.

Pemerintah Kota Bandung kata dia harus "ngotot" memperjuangkan infrastruktur seperti kegigihan Wali Kota Bandung M Farhan memperjuangkan dibukanya kembali penerbangan komersil di Bandara Husein Sastranegara.

"Bandung ini sudah butuh banyak flyover untuk memecah konsentrasi lalu lintas," ungkapnya.

Ia menyontohkan, pada jam sibuk, waktu tempuh dari Gerbang Tol Pasteur menuju Cigadung mencapai 90 menit. Belum lagi jika membicarakan waktu tempuh yang diperlukan untuk menuju daerah pinggir Kota Bandung lainnya.

Dampak lainnya, kondisi ini disebut lambat laun akan memengaruhi iklim usaha mikro dan kecil hingga menengah. Karena salah satu yang menentukannya adalah aksebilitas.

"Kalau sudah macet gini kan orang males juga untuk lama-lama jalan-jalan di Kota Bandung, makanya sekarang mending orang lari ke area perbelanjaan seperti mall," jelasnya.

Kondisi ini kata dia harus disikapi dengan baik oleh Wali Kota Bandung M Farhan dengan memunculkan ide gagasan solusi yang menyeluruh. 

Ia juga menyebut, alasan orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk berkegiatan di Kota Bandung adalah minimnya pilihan angkutan umum yang representatif. 

"Trayek kan sekarang masih minim, jadi orang kalau mau naik angkutan umum harus dulu ke jalan utama, baru dapat kendaraannya. Alhasil kan mending pakai angkutan online saja, tapi kan lama-lama orang boros juga kalau pake angkutan online tiap hari," jelasnya.

Sebelumnya, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengaku malu dengan predikat itu. Ia mengakui kegagalan system transportasi publik di Kota Bandung sudah terlalu akut.

Hal itu tergambar dari data yang menunjukkan jumlah kendaraan yang hampir setara dengan populasi penduduk Kota Bandung.

"Jumlah penduduk Kota Bandung itu 2,6 juta jiwa, jumlah kendaraan pribadi berplat nomor D Bandung itu 2,3 juta. Artinya warga tidak percaya pada transportasi publik," kata Farhan, belum lama ini.

Menurutnya, hal ini menandakan bahwa sistem transportasi di Kota Bandung ini tidak membantu warganya untuk beraktivitas. Alhasil, warganya memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi yang dinilai lebih praktis.

Untuk itu, Farhan berencana melakukan reformasi sistem transportasi publik di Kota Bandung, yang dimulai dari perubahan total terhadap sistem trayek (Angkutan Kota)Angkot.

Pasalnya, sistem trayek yang digunakan selama ini kata dia sudah tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat. Apalagi, dengan kehadiran moda transportasi berbasis aplikasi, seperti ojek daring dan taksi daring, eksistensi Angkot sudah meredup.

"Saya akan berjuang agar peraturan tentang trayek ini dibongkar total. Karena kalau masih menggunakan sistem trayek, angkot tidak akan bisa bersaing," katanya.

Dia menilai, operasional angkot harus berubah jadi mengikuti pola layanan berbasis permintaan dan charter. Sehingga nantinya Angkot akan lebih fleksibel dan efisien melayani penumpang.

Farhan mengusulkan agar angkot diintegrasikan ke dalam sistem cerdas berbasis teknologi Internet of Things (IoT). Dia menyebutnya sebagai "angkot cerdas", yang bisa memasilitasi mobilitas dengan lebih dinamis, dengan jadwal, rute, dan sistem pembayaran yang terintegrasi secara digital.

"Angkot harus pintar, harus terkoneksi dalam sistem IoT, bisa disambungkan dalam jaringan grid yang memungkinkan masyarakat melihat posisi, rute, dan waktu tempuh angkot secara real time. Saya akan minta agar regulasi tentang trayek, yang peninggalan masa lalu itu, harus mulai diubah," katanya.

Selain itu, Farhan memastikan progres pembangunan sistem Bus Rapid Transit (BRT) di Kota Bandung yang akan dimulai dalam waktu dekat. Dia mengingatkan masyarakat bahwa pembangunan BRT akan berdampak pada lalu lintas kota selama dua tahun ke depan.

"Namun, ini investasi jangka panjang untuk perbaikan transportasi," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper