Bisnis.com, CIREBON - Harga bawang merah di Kabupaten Cirebon melonjak signifikan dalam sepekan terakhir. Pada Senin (21/7/2025), harga bawang merah di tingkat pasar tradisional tercatat mencapai Rp50.000 per kilogram.
Angka tersebut naik Rp5.000 dibanding harga pada pekan sebelumnya yang masih berada di kisaran Rp45.000 per kilogram.
Kenaikan harga ini terjadi secara merata di sejumlah pasar di wilayah Cirebon seperti Pasar Pasalaran, Pasar Sumber, dan Pasar Mundu.
Berdasarkan pantauan lapangan, bawang merah kualitas sedang hingga baik dijual antara Rp48.000 hingga Rp50.000 per kilogram. Sebagian pedagang menyebut bahwa stok dari petani lokal terbatas sehingga harga mengalami tekanan naik.
Sejumlah petani di wilayah sentra bawang merah seperti Kecamatan Babakan menyebut, hasil panen tahun ini lebih rendah dibanding tahun lalu.
Curah hujan yang tidak menentu pada awal musim tanam membuat sebagian besar petani terpaksa menunda masa tanam atau mengalami kegagalan pada fase awal pertumbuhan tanaman.
Baca Juga
"Produktivitas per hektare turun. Biasanya bisa memanen antara 6 hingga 7 ton per hektare, tahun ini rata-rata hanya mampu memanen 4 hingga 5 ton," kata seorang petani bawang, Ahmad Rustam, Senin (21/7/2025).
Rustam mengatakan, kondisi tersebut mempersempit pasokan dari petani ke pasar, mendorong harga naik dalam beberapa pekan terakhir.
Di sisi hulu, para petani menyambut kenaikan harga ini dengan positif. Dengan biaya produksi yang tergolong tinggi, harga Rp50.000 per kilogram dianggap sebagai angka ideal agar mereka bisa memperoleh keuntungan wajar.
Untuk menanam bawang merah seluas satu hektare, petani mengeluarkan biaya produksi antara Rp55 juta hingga Rp65 juta, yang mencakup pembelian benih, pupuk, pestisida, dan ongkos tenaga kerja.
Tanpa harga jual yang memadai, banyak petani terancam merugi atau bahkan tidak mampu melanjutkan siklus tanam berikutnya.
Oleh karena itu, harga di atas Rp45.000 per kilogram dianggap memberikan margin keuntungan yang layak, terutama setelah melewati musim tanam yang penuh tantangan.
"Memang senang kalau harga naik. Tapi kestabilan harga jangka panjang lebih penting ketimbang kenaikan musiman yang tidak menentu," katanya.
Meskipun harga saat ini tergolong tinggi, pelaku pasar memperkirakan harga dapat kembali turun dalam beberapa pekan mendatang.
Diperkirakan panen di beberapa wilayah baru akan berlangsung secara meluas mulai awal Agustus, yang akan meningkatkan pasokan ke pasar dan menekan harga.
Selain itu, jika distribusi dari luar daerah kembali normal dan permintaan di tingkat konsumen mulai melandai akibat harga tinggi, maka koreksi harga bawang merah bisa terjadi.
Sementara itu, pedagang di pasar tradisional mulai merasakan perlambatan permintaan. Kenaikan harga menyebabkan sebagian konsumen mengurangi pembelian atau beralih ke jenis bumbu lain.
"Ada penurunan penjualan harian sampai 30% sejak harga menembus Rp50.000 per kilogram," ujar Tarini pedagang bumbu di Pasar Sumber, Kabupaten Cirebon.
Hingga kini belum ada intervensi pasar dari pemerintah daerah maupun pusat terkait kenaikan harga ini.
Dalam jangka panjang, para petani berharap ada kebijakan yang mendorong stabilitas harga bawang merah, baik melalui sistem tata niaga yang lebih efisien maupun dengan perlindungan harga dasar saat terjadi anjloknya nilai jual.