Bisnis.com, CIREBON - Sebagian besar wilayah di aglomerasi Ciayumajakuning kembali masuk dalam daftar daerah termiskin di Jawa Barat. Daerah itu adalah Indramayu, Kuningan, Kabupaten Cirebon, dan Majalengka.
Pada 2024, Kabupaten Indramayu dan Kuningan mencatatkan persentase penduduk miskin yang tinggi, masing-masing sebesar 11,93% dan 11,88%. Kemudian, Kabupaten Cirebon 11% dan Kabupaten Majalengka 10,82%.
Berdasarkan Laporan Perekonomian Jawa Barat 2024 yang dirilis Bank Indonesia, tingginya persentase kemiskinan cenderung terjadi di wilayah yang didominasi oleh sektor ekonomi pertanian. Kabupaten Indramayu, Kuningan, Cirebon, dan Majalengka merupakan sentra produksi pertanian yang selama ini bergantung pada komoditas seperti padi, hortikultura, dan perkebunan.
Namun, sektor ini memiliki tingkat produktivitas rendah dan rentan terhadap perubahan iklim, bencana alam, serta fluktuasi harga komoditas.
Sektor pertanian diklaim seringkali tidak memberikan nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian daerah.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Muhamad Nur mengatakan tingginya kemiskinan di daerah pertanian juga dipengaruhi oleh minimnya diversifikasi ekonomi. Sebagian besar penduduk di wilayah ini hanya mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian utama.
Baca Juga
Padahal, hasil dari sektor ini seringkali tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Wilayah yang bergantung pada sektor pertanian cenderung memiliki pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang ekonominya didominasi oleh sektor industri atau perdagangan dan jasa," kata Nur,
Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan tenaga kerja juga menjadi salah satu penyebab utama kemiskinan. Banyak penduduk di wilayah ini tidak memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja modern, sehingga sulit beralih ke sektor ekonomi yang lebih bernilai tambah.
Kabupaten Indramayu mencatat tingkat kemiskinan tertinggi ketiga di Jawa Barat dengan persentase sebesar 11,93%. Sebagai salah satu lumbung padi nasional, Indramayu menghadapi tantangan besar dalam mengentaskan kemiskinan.
Pada tahun 2024, Indramayu juga menjadi salah satu wilayah yang paling terdampak oleh bencana alam. Kekeringan melanda 705 hektare lahan pertanian di kabupaten ini, sementara banjir menyebabkan kerusakan di 2.726 hektare.
Situasi ini tidak hanya merugikan petani secara langsung, tetapi juga mengurangi pendapatan daerah yang bergantung pada sektor agraris.
Sementara itu, Kabupaten Kuningan yang berada di peringkat keempat mencatat tingkat kemiskinan sebesar 11,88%. Sebagai daerah dengan potensi pariwisata yang besar, Kuningan masih menghadapi tantangan dalam mengembangkan sektor-sektor ekonomi baru.
Di sisi lain, Kuningan juga mengalami kesenjangan ekonomi yang signifikan antara wilayah pedesaan dan perkotaan. Sebagian besar masyarakat di desa masih bergantung pada sektor pertanian dengan pendapatan yang tidak menentu.
Untuk mengurangi tingkat kemiskinan, pemerintah daerah di Jawa Barat perlu melakukan langkah-langkah strategis. Salah satu solusi yang diusulkan adalah pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang bernilai tambah tinggi, seperti industri pengolahan hasil pertanian, pariwisata, dan perdagangan.
Selain itu, pemerintah harus berupaya meningkatkan keterampilan tenaga kerja melalui program pelatihan vokasi dan pendidikan. Program ini bertujuan untuk membantu masyarakat beralih ke sektor-sektor ekonomi modern yang lebih menjanjikan.
Meskipun tantangan yang dihadapi cukup besar, masih ada harapan untuk mengentaskan kemiskinan di Jawa Barat. Dukungan dari pemerintah pusat, daerah, serta partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan perubahan yang signifikan.
"Jika semua pihak bekerja sama, saya optimis tingkat kemiskinan di Jawa Barat bisa terus menurun. Namun, upaya ini harus berkelanjutan dan menyentuh akar permasalahan, seperti ketimpangan ekonomi dan rendahnya akses pendidikan," kata Nur.