Bisnis.com, CIREBON- Nilai ekspor Kabupaten Cirebon ke Amerika Serikat sepanjang dua bulan pertama 2025 kembali didominasi oleh komoditas furnitur kayu (wooden furniture).
Berdasarkan data dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kabupaten Cirebon, nilai ekspor furnitur kayu mencapai US$2,04 juta dari total ekspor sebesar US$49,8 juta dalam periode Januari hingga Februari 2025.
Komoditas ini menjadi penyumbang terbesar dalam kelompok produk mebel dan kerajinan, mengungguli rotan dan olahan makanan yang juga menjadi andalan ekspor Cirebon.
"Furnitur kayu masih menjadi tulang punggung ekspor Cirebon. Permintaannya terus stabil, terutama dari pasar Amerika," ujar Kepala Bidang Perdagangan dan Pengendalian Harga Pokok Penting Disperdagin Kabupaten Cirebon Feni Sirgiasih, Kamis (17/4/2025).
Feni menjelaskan, tren ekspor dari sektor furnitur memang mengalami sedikit fluktuasi bulanan. Pada Januari 2025, ekspor furnitur kayu mencapai US$1,08 juta kemudian sedikit menurun menjadi US$959.248 pada Februari.
Namun secara kumulatif, nilainya tetap yang tertinggi dibanding komoditas lain. "Faktor musiman dan jadwal produksi mempengaruhi angka bulanan, tapi secara total kontribusinya tetap dominan," jelas Feni.
Baca Juga
Selain furnitur kayu, komoditas lain dari sektor mebel yang mencatat nilai ekspor tinggi adalah furnitur rotan sebesar US$3,1 juta serta rattan basket senilai US$877.557.
Namun demikian, meski secara total nilai furnitur rotan lebih tinggi, Feni menegaskan dalam klasifikasi Disperdagin, furnitur kayu dianggap lebih stabil karena berasal dari pelaku industri besar dan menengah dengan kontrak jangka panjang.
"Rotan fluktuatif karena permintaan bergantung pada tren dan musim. Sementara kayu lebih sustain karena masuk pasar formal dengan pengawasan sertifikasi kayu legal (SVLK)," jelasnya.
Dari data yang dihimpun Disperdagin, total ekspor kelompok furnitur dan kerajinan (yang meliputi furnitur kayu, rotan, bambu, alumunium, dan sintetis) mencapai US$11,3 juta atau setara dengan 22,7% dari total ekspor Cirebon sepanjang Januari–Februari 2025.
“Artinya hampir seperempat ekspor kita disumbang dari sektor furnitur dan kerajinan. Ini menunjukkan karakter industri di Cirebon masih kuat berbasis manufaktur dan kerajinan tangan,” ucap Feni.
Meski demikian, tantangan tetap ada, terutama dari sisi biaya logistik dan kebijakan perdagangan luar negeri seperti tarif ekspor dan regulasi impor di negara tujuan.
“Kenaikan ongkos kontainer dan ketatnya aturan sertifikasi menjadi tantangan yang dihadapi pelaku ekspor. Kami mendorong pelaku industri untuk terus upgrade kualitas dan memperluas pasar, termasuk melalui pameran dagang internasional,” lanjutnya.