Bisnis.com, CIREBON – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menginisiasi larangan penggunaan bahan pembungkus makanan selain daun jati di Kabupaten Cirebon.
Kebijakan ini diharapkan tidak hanya menjadi langkah pelestarian budaya, tetapi juga dapat meningkatkan daya tarik wisata kuliner yang berakar kuat dalam tradisi masyarakat Cirebon.
Kebijakan ini diterbitkan dengan tujuan melestarikan warisan budaya yang sudah ada sejak lama, terutama dalam tradisi kuliner khas Cirebon. Salah satu yang paling dikenal adalah Nasi Jamblang, sebuah hidangan yang identik dengan penggunaan daun jati sebagai pembungkus.
Tak hanya soal cita rasa, Nasi Jamblang dengan daun jati membawa filosofi tentang kedekatan manusia dengan alam, serta penghormatan terhadap budaya yang telah lama berkembang di Cirebon.
“Larangan penggunaan pembungkus selain daun jati ini bukan untuk mencari keuntungan finansial, tetapi untuk menghormati dan melestarikan budaya yang sudah turun-temurun," kata Dedi Mulyadi saat menghadiri rapat paripurna Hari Jadi Ke-543 Kabupaten Cirebon di Ruang Paripurna DPRD Kabupaten Cirebon, Senin (21/4/2025).
"Nasi Jamblang adalah identitas kuliner Cirebon yang harus kita jaga. Daun jati itu lebih dari sekadar pembungkus; ia bagian dari cara hidup dan keberlanjutan budaya kita,” imbuhnya.
Baca Juga
Nasi Jamblang adalah salah satu kuliner khas Cirebon yang memiliki sejarah panjang. Hidangan ini pertama kali diperkenalkan oleh masyarakat Cirebon sebagai makanan praktis yang mudah dibawa dan dikonsumsi.
Seiring berjalannya waktu, Nasi Jamblang semakin populer di kalangan wisatawan, tidak hanya karena rasanya yang unik, tetapi juga karena cara penyajiannya yang khas, yaitu dibungkus dengan daun jati.
Menurut Dedi Mulyadi, daun jati dipilih karena memiliki aroma khas yang memberikan cita rasa tersendiri pada nasi. Selain itu, daun jati yang digunakan sebagai pembungkus juga memiliki nilai simbolis yang mendalam bagi masyarakat Cirebon, yakni sebagai lambang keseimbangan antara manusia dan alam.
"Di Priangan, bungkus makanan itu menggunakan daun pisang. Tapi, di Cirebon menggunakan daun jati. Dengan membungkus nasi menggunakan daun jati, kita sebenarnya sedang berbicara tentang kesadaran terhadap alam," kata Dedi.
Nasi Jamblang merupakan kuliner khas Cirebon yang menyimpan nilai sejarah sejak era kolonial Belanda. Hidangan ini pertama kali muncul di Desa Jamblang, wilayah barat Kota Cirebon, dan awalnya disiapkan sebagai bekal makanan bagi para pekerja paksa atau romusha yang dikerahkan untuk membangun jalan raya Anyer–Panarukan.
Untuk menunjang mobilitas dan kepraktisan saat pendistribusian, nasi dibungkus menggunakan daun jati yang dikenal tahan lama dan memberikan aroma khas. Tradisi membungkus nasi dengan daun jati ini masih dipertahankan hingga kini, menjadi identitas utama dari nasi jamblang.
Disajikan dengan sistem prasmanan, pengunjung bebas memilih berbagai lauk pauk seperti tempe goreng, sambal goreng, cumi hitam, telur pindang, hingga perkedel. Meski porsi nasinya kecil, pembeli bisa mengambil beberapa bungkus sesuai selera.
Hingga kini, nasi jamblang tak hanya bertahan sebagai makanan rakyat, tetapi juga menjadi ikon kuliner Cirebon yang digemari wisatawan karena cita rasa autentik dan penyajiannya yang khas.