Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Atasi Sampah Bandung Raya, Pemprov Jabar Siapkan 84 Unit Insenerator Motah

Pemprov Jabar berencana menyediakan puluhan insenerator motah dengan kapasitas 10 ton/hari, untuk mengatasi masalah sampah di Bandung Raya.
Sekda Jabar Herman Suryatman meninjau permasalahan sampah di Pasar Caringin Kota Bandung.
Sekda Jabar Herman Suryatman meninjau permasalahan sampah di Pasar Caringin Kota Bandung.

Bisnis.com, BANDUNG--Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana menyediakan puluhan insenerator motah dengan kapasitas 10 ton/hari, untuk mengatasi masalah sampah di Bandung Raya.

Rencana ini lahir dalam rapat itu antara Gubernur Jabar Dedi Mulyadi bersama Kodam III/Siliwangi, ahli dari ITB serta Bupati/Wali Kota Sumedang, Cimahi, Bandung, serta perwakilan dari Kabupaten Bandung dan Bandung Barat.

Sekda Jabar Herman Suryatman mengatakan dalam rapat tersebut dibahas soal kondisi sampah di Bandung Raya yang tak bisa terus bergantung pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti. 

Saat ini kapasitas Sarimukti sangat terbatas dan terus mengalami penyusutan dimana, zona 1,2 dan empat sudah penuh. Tersisa zona t3 yang bisa digunakan dengan kapasitas tersisa sekitar 50.000 ton.

"Rata-rata sampah masuk ke Sarimukti setiap hari mencapai 1.200 ton, sehingga umur pakai Zona 3 hanya sekitar 41 hari," ujar Herman di Bale Pakuan, Bandung, Senin (5/5/2025). 

Pemprov Jabar sedang menyiapkan zona 5 yang ditargetkan bisa mulai beroperasi pada pertengahan Juni 2025.

"Artinya, hanya ada waktu sekitar 40 hari lagi, kondisi ini sangat mepet," katanya.

Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh, yakni dengan mengoptimalkan insenerator dan teknologi lain seperti maggot dan komposting, meski jumlahnya terbatas.

"Tadi disepakati akan menggunakan teknologi insenerator motah yang sudah teruji kapasitas 10 ton/hari," ucapnya.

Rencananya, Kota Bandung akan disiapkan sekitar 60 unit insenerator, Cimahi sekitar 6 unit, Kabupaten Bandung 25 unit, Bandung Barat sekitar 10 unit. 

"Total 84 unit. Biaya estimasi sekitar Rp117 miliar (Rp1,4 miliar/unit). Pembiayaan dilakukan secara gotong royong antara Pemprov dan Pemda Kabupaten/Kota, masing-masing setengah-setengah," ujarnya.

Sementara rencana jangka panjang, usia pakai Sarimukti masih bisa bertahan sampai pertengahan 2028, sebelum beralih ke Waste to Energy di Legok Nangka yang tinggal menunggu surat penugasan dari Kementerian ESDM ke PLN. 

"Jika berjalan lancar, pembangunan dimulai awal 2026. Durasi konstruksi diminta 36 bulan (3 tahun), agar bisa operasional tepat saat usia pakai Sarimukti habis. Namun, konsorsium meminta waktu 42 bulan. Masih dalam proses negosiasi," ucapnya.

Pihaknya pun mengimbau kepada masyarakat agar mulai serius mengelola sampah dari rumah. Sebab, dari 1.200 ton sampah yang masuk ke Sarimukti setiap hari, sekitar setengahnya adalah sampah makanan yang seharusnya bisa dikelola sendiri.

"Jika tidak ada upaya serius, krisis sampah bisa semakin dekat. Bandung lautan sampah bukan sekadar slogan, tapi potensi nyata," ucapnya.

"Pak Gubernur juga menekankan pentingnya tindakan taktis, bukan hanya teori. Insenerator adalah langkah darurat, tapi upaya jangka panjang seperti daur ulang, pemilahan, dan edukasi juga harus terus dilakukan. Semua pihak, termasuk camat, lurah, hingga aparat TNI-Polri diminta turut serta mengedukasi masyarakat," tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper