Bisnis.com, CIREBON - Perum Bulog Cabang Cirebon mengaku telah menyelesaikan penyaluran bantuan pangan untuk alokasi Juni–Juli 2025. Bantuan tersebut disalurkan ke seluruh wilayah kerja Bulog Cirebon dan rampung per 31 Juli dengan total volume mendekati 10.000 ton.
Kepala Bulog Cabang Cirebon Ramaijon Purba menyatakan program bantuan pangan ini merupakan bagian dari kebijakan pemerintah pusat dalam mendukung ketahanan pangan dan daya beli masyarakat, khususnya di tengah tekanan harga kebutuhan pokok yang masih tinggi.
"Untuk wilayah Cirebon sendiri, penyaluran sudah selesai. Per 31 Juli kemarin, seluruh bantuan pangan telah kami distribusikan. Kuantumnya mendekati 10 ribu ton,” kata Ramaijon, Rabu (7/8/2025).
Menurutnya, penyaluran tersebut mencakup sejumlah kabupaten/kota di wilayah kerja Bulog Cirebon, yaitu Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Majalengka, dan Kuningan.
"Penyaluran bantuan dilakukan melalui kerja sama dengan pemerintah daerah setempat serta perangkat distribusi lokal, sehingga masyarakat penerima manfaat dapat mengakses bantuan dengan mudah dan tepat waktu," katanya.
Selain menyelesaikan program bantuan pangan, Bulog Cirebon saat ini juga tengah menjalankan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Baca Juga
Program ini merupakan instrumen pemerintah untuk mengendalikan harga beras di pasar dan menjamin ketersediaan pasokan, terutama dalam menghadapi potensi kenaikan harga menjelang akhir tahun.
“Sekarang kami fokus juga menjalankan SPHP, sebagai bentuk intervensi harga beras di pasar agar tetap terkendali,” kata Ramaijon.
Ia menjelaskan, SPHP disalurkan melalui berbagai saluran yang telah dibuka dan dijalankan secara paralel, antara lain, toko pengecer di pasar tradisional, Koperasi Desa Merah Putih, outlet pemerintah daerah; gerakan pangan murah yang difasilitasi pemerintah daerah dan instansi TNI/Polri; koperasi kementerian/lembaga dan TNI/Polri; Rumah Pangan Kita (RPK) Bulog, serta ritel modern.
“Semua saluran distribusi tersebut sudah dibuka dan aktif. SPHP bisa disalurkan melalui banyak jalur, termasuk ke ritel modern yang ada di wilayah Cirebon,” ujarnya.
Ramaijon menambahkan, sejak pertengahan Juli 2025, pihaknya telah menyalurkan sekitar 180 ton beras SPHP. Jumlah ini diperkirakan terus bertambah seiring meningkatnya permintaan dari berbagai saluran distribusi.
“Jumlah yang sudah tersalurkan sejak pertengahan Juli itu sekitar 180 ton. Ini masih berjalan dan akan terus kami tingkatkan,” tuturnya.
Target penyaluran SPHP oleh Bulog Cirebon hingga akhir tahun 2025 dipatok sekitar 30.000 ton. Ramaijon menyebut, besaran distribusi per harinya tidak tetap karena bergantung pada permintaan dan kesiapan mitra distribusi.
Untuk menjaga keterjangkauan, Bulog memberlakukan aturan harga dan pembelian beras SPHP secara ketat. Harga tebus dari Bulog ditetapkan sebesar Rp11.000 per kilogram, sementara harga jual ke konsumen maksimal Rp12.500 per kilogram, sesuai ketentuan Harga Eceran Tertinggi (HET) pemerintah.
“Harga SPHP masih sama seperti sebelumnya. Harga tebus Rp11.000 dan harga jual ke masyarakat maksimal Rp12.500 per kilogram. Tidak boleh diperjualbelikan kembali, karena ini khusus untuk konsumsi langsung,” jelas Ramaijon.
Ia juga menambahkan, setiap konsumen yang membeli beras SPHP melalui toko pengecer hanya diperbolehkan membeli maksimal dua pack per orang, guna memastikan pemerataan distribusi dan mencegah penimbunan.
Ramaijon memastikan, Bulog Cabang Cirebon memiliki stok beras yang cukup untuk mendukung penyaluran SPHP dan kebutuhan pangan lainnya hingga akhir tahun. Ia menegaskan, Bulog siap menjalankan intervensi pasar setiap saat bila terjadi gejolak harga.
“Stok kami aman. Penyaluran terus berjalan, dan kami siap membantu stabilisasi harga kapan pun diperlukan. Semua saluran sudah siap, tinggal menyesuaikan kebutuhan di lapangan,” pungkasnya.