Bisnis.com, GARUT - Pemerintah Kabupaten Garut berambisi mengubah wajah pertanian jagung dari sekadar ladang panen menjadi pusat industri berbasis pangan dan pakan.
"Saat ini saatnya jagung Garut naik kelabukan lagi hanya panen, kirim, selesai. Jagung adalah komoditas strategis. Tapi kalau hanya dijual mentah, maka yang menikmati nilai tambah adalah pihak lain, bukan masyarakat Garut,” ujar Bupati Garut Abdusy Syakur Amin, Kamis (7/8/2025).
Menurutnya, Kabupaten Garut menyumbang lebih dari 50% produksi jagung di Jawa Barat. Namun ironi justru terjadi: daerah penghasil jagung justru masih mengalami kekurangan pasokan ayam pedaging dan petelur.
Pemerintah daerah, lanjut Syakur, mendorong agar hasil panen jagung dapat diolah langsung di wilayah Garut. Ia menyebutkan perlunya membangun fasilitas pengolahan seperti pabrik tepung jagung, pakan ternak, hingga produk turunan bernilai ekonomi tinggi.
"Kita ini produsen utama jagung, tapi daging ayam mahal, telur mahal. Artinya rantai pasok kita tidak terkoneksi dengan baik. Ini masalah struktural,” katanya.
“Dengan begitu, kita tidak hanya menjual bahan baku. Kita ciptakan lapangan kerja, tarik investor, dan naikkan posisi tawar petani,” imbuhnya.
Baca Juga
Saat ini, puluhan lembaga pendidikan berbasis Islam di wilayah hukum Polres Garut digandeng untuk ikut serta dalam penanaman jagung, dengan pola pemberdayaan lahan tidur dan bantuan input produksi dari pemerintah dan kepolisian.
Kapolres Garut AKBP Yugi Bayu Hendarto menyebutkan, ketahanan pangan bukan cuma soal beras dan jagung, tapi juga menyangkut stabilitas sosial. Dalam konteks ini, kepolisian aktif mengambil peran sebagai mitra pembangunan ekonomi lokal.
“Ini bukan hanya soal panen jagung. Ini soal harga pangan, soal anak-anak yang tidak bisa beli telur, soal masa depan yang tidak pasti kalau semuanya kita impor,” ujar AKBP Yugi.
Ia menekankan, sinergi antara kepolisian, TNI, pemerintah daerah, pesantren, dan masyarakat adalah kunci. Lebih dari itu, ia memandang pesantren sebagai kekuatan ekonomi yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Pimpinan Pondok Pesantren Tarbiyatul Aulad, KH Yayan Ahmad Muzaki, menyampaikan apresiasi atas bantuan benih dan pupuk yang diberikan pemerintah. Namun ia juga menekankan pentingnya kesinambungan dan pendampingan.
“Kalau ini cuma event tahunan, maka hasilnya tidak akan terasa. Kami ingin keberlanjutan,” ujar Yayan.
Ia mengaku pesantrennya telah menyiapkan lahan dan tenaga kerja untuk menanam jagung secara mandiri. Namun demikian, ia berharap agar hasil panen nanti tidak hanya dibeli tengkulak dengan harga murah, melainkan ada sistem pembelian yang adil dan terstruktur.
Meski gagasan hilirisasi tampak menjanjikan, tantangannya tidak kecil. Infrastruktur pertanian dan logistik di Garut masih belum cukup mendukung. Petani masih mengandalkan irigasi tradisional, dan pabrik pengolahan jagung nyaris tak terdengar.
"Kami akan pastikan investor untuk masuk ke sektor ini. Pemerintah daerah juga akan menciptakan iklim usaha yang sehat, bebas pungli, dan transparan," katanya.