Bisnis.com, CIREBON - Pemerintah Kabupaten Cirebon menargetkan nilai ekspor daerahnya menembus angka US$75 juta pada semester pertama 2025.
Target tersebut dinilai realistis, melihat capaian ekspor dua bulan pertama tahun ini yang sudah menyentuh hampir US$50 juta. Komoditas unggulan seperti furnitur kayu, furnitur rotan, dan olahan hasil laut masih menjadi motor penggerak utama ekspor.
Kepala Bidang Perdagangan dan Pengendalian Harga Pokok Penting Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kabupaten Cirebon Feni Sigirasih mengungkapkan pihaknya optimistis dengan tren kenaikan ekspor yang terjadi pada awal tahun.
“Melihat capaian dua bulan pertama yang sudah menyentuh hampir US$50 juta, kami optimistis capaian ekspor Kabupaten Cirebon akan terus meningkat di kuartal pertama 2025. Kami targetkan total ekspor bisa tembus di atas US$75 juta, dengan sektor furnitur tetap menjadi andalan,” ujar Feni, Selasa (22/4/2025).
Menurut Feni, kinerja ekspor komoditas unggulan Kabupaten Cirebon selama Januari dan Februari 2025 menunjukkan pergerakan signifikan.
Berdasarkan data Disperdagin, total nilai ekspor sektor komoditas pada Januari mencapai US$5,67 juta. Sedikit menurun pada Februari, yakni US$5,63 juta. Secara kumulatif, sektor komoditas menyumbang US$11,3 juta terhadap total ekspor dua bulan pertama yang mencapai US$49,82 juta.
Baca Juga
Dengan demikian, kontribusi ekspor dari sektor komoditas tercatat sekitar 22,7% dari total keseluruhan ekspor Kabupaten Cirebon. Sisanya berasal dari sektor industri lainnya seperti tekstil, alas kaki, makanan olahan, serta produk industri kreatif.
Feni menjelaskan, dari berbagai komoditas ekspor, produk furnitur masih menjadi primadona, khususnya furnitur berbahan rotan dan kayu.
"Selama Januari-Februari 2025, nilai ekspor furnitur rotan tercatat sebesar US$3,16 juta. Sedangkan furnitur kayu menyumbang US$2,04 juta. Ini menunjukkan permintaan global terhadap furnitur dari Cirebon tetap tinggi,” paparnya.
Selain itu, sektor perikanan olahan juga tetap menunjukkan performa positif. Daging rajungan berhasil menorehkan ekspor senilai US$1,41 juta selama dua bulan pertama.
Produk kerajinan seperti keranjang rotan juga memberi kontribusi sebesar US$877.000, disusul oleh ekspor benang sebesar US$785.000.
Komoditas lain yang turut menyumbang angka ekspor adalah synthetic furniture sebesar US$533 ribu, aluminium furniture US$665 ribu, dan olahan kayu US$642 ribu.
Sementara itu, ekspor produk alas kaki dari Cirebon juga mulai menggeliat dengan capaian US$359 ribu, khususnya akibat lonjakan permintaan pada bulan Februari.
Produk makanan seperti dry food dan coconut briquette, meski dalam jumlah kecil, turut mengisi daftar ekspor dengan nilai masing-masing sebesar US$102 ribu dan US$33 ribu.
Namun demikian, terdapat sejumlah komoditas yang nihil aktivitas ekspor pada awal tahun ini. Komoditas tersebut di antaranya adalah garment, kepiting, wafer, snacks, shopper bag, serta beberapa produk kerajinan seperti kap lampu dan block paving kayu.
Feni menyebut hal ini sebagai catatan penting bagi pelaku usaha dan pemerintah daerah untuk menjaga keberagaman ekspor agar tidak terlalu bergantung pada sektor tertentu.
“Diversifikasi produk ekspor menjadi penting agar tidak terjebak pada ketergantungan terhadap satu dua komoditas. Apalagi permintaan global bisa sangat fluktuatif tergantung kondisi pasar internasional,” tambah Feni.
Secara persentase, kontribusi komoditas terhadap total ekspor Kabupaten Cirebon pada Januari mencapai 25,99%, namun turun menjadi 20,13% di Februari.
Penurunan ini menunjukkan adanya peningkatan ekspor dari sektor lain di luar komoditas yang tercatat, sekaligus menandakan dinamika perdagangan luar negeri yang terus berubah.
Feni mengatakan, tren tersebut patut disikapi dengan strategi peningkatan daya saing produk unggulan sekaligus memperkuat peran sektor industri kreatif dan pengolahan hasil laut.
"Kami mendorong pelaku industri untuk aktif membaca peluang pasar, meningkatkan kualitas produk, dan memperluas jejaring ekspor ke negara-negara non-tradisional,” katanya.
“Cirebon punya potensi besar sebagai daerah penopang ekspor non-migas nasional, khususnya dari sektor furnitur, perikanan olahan, dan industri kreatif. Yang kita butuhkan sekarang adalah konsistensi, dukungan regulasi, dan sinergi lintas sektor,” imbuhnya.