Bisnis.com, CIREBON - Kabupaten Cirebon tidak menjadi destinasi utama bagi wisatawan mancanegara (wisman).
Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon yang tercantum dalam publikasi Cirebon Dalam Angka 2025, jumlah kunjungan wisatawan asing hanya mencapai 5.454 orang.
Angka ini turun drastis dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat 14.227 kunjungan.
Sementara itu, kunjungan wisatawan domestik mengalami kenaikan signifikan, mencapai 1.091.575 orang pada 2024. Jika digabungkan, total kunjungan wisatawan ke Cirebon sepanjang 2024 mencapai 1.097.029 orang.
Ini menunjukkan, lebih dari 99% wisatawan yang datang berasal dari dalam negeri.
Bupati Cirebon Imron Rosyadi mengakui Kabupaten Cirebon mengalami kekurangan daya saing Kabupaten Cirebon sebagai destinasi internasional.
Baca Juga
“Ini bukan semata soal jumlah, tetapi soal positioning. Kabupaten Cirebon tidak memiliki daya tarik kuat untuk pasar luar negeri karena promosi internasional lemah, akses belum optimal, dan fasilitas penunjangnya belum bertaraf global,” ujarnya, Selasa (30/4).
Dibandingkan kota-kota lain di Jawa seperti Yogyakarta, Bandung, bahkan Banyuwangi, Cirebon masih belum muncul dalam peta wisata global. Menurutnya, ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah dan pelaku industri untuk mengembangkan narasi pariwisata yang lebih menarik dan kompetitif.
Berdasarkan data bulanan, kunjungan wisatawan tertinggi terjadi pada April 2024 dengan total 142.007 kunjungan, disusul oleh November (128.054) dan Mei (126.945). Sementara bulan terendah terjadi pada Maret, yang hanya mencatat 49.708 kunjungan.
“Kita kuat di wisata religi, sejarah, dan budaya yang selama ini diminati oleh masyarakat dari Jakarta, Bandung, dan Jawa Tengah. Tapi memang untuk wisatawan asing, masih sangat terbatas,” ujarnya.
Ia menambahkan, penurunan jumlah wisatawan mancanegara secara tajam harus menjadi alarm bagi pemerintah daerah untuk mengevaluasi strategi promosi, infrastruktur, dan kualitas destinasi yang ditawarkan.
Lebih lanjut, Ade menyarankan agar Cirebon lebih aktif mengikuti promosi pariwisata internasional, menjalin kerja sama dengan agen perjalanan luar negeri, serta menampilkan sisi lain Cirebon yang selama ini belum diangkat, seperti kekayaan kuliner, ekowisata, hingga seni tradisional yang otentik.
“Wisatawan asing bukan sekadar butuh tempat indah, tapi pengalaman budaya yang otentik. Cirebon punya itu semua, tinggal bagaimana dikemas dan ditawarkan dengan cara yang relevan secara global,” ucapnya.
Di sisi lain, data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cirebon juga mencatat jumlah hotel di daerah ini justru mengalami penurunan. Pada tahun 2023, tercatat hanya ada 39 hotel, turun dari 43 hotel pada 2022. Jumlah tempat tidur juga stagnan, yakni 2.127 unit.
Dari total 39 hotel tersebut, hanya 8 yang termasuk kategori hotel berbintang dengan 685 kamar. Sementara sisanya merupakan hotel nonbintang yang lebih cocok untuk pasar domestik dengan fasilitas dasar.
Meski begitu, tren kunjungan wisatawan secara keseluruhan di Kabupaten Cirebon terus menunjukkan pemulihan pascapandemi.
Pada 2020, total kunjungan hanya mencapai 506.841, kemudian naik menjadi 453.282 pada 2021, dan kembali melonjak pada 2023 menjadi 971.054. Tahun 2024 menjadi titik tertinggi dengan menembus angka satu juta pengunjung.
Imron menuturkan, pihaknya akan segera menyusun roadmap pariwisata yang fokus pada keberlanjutan dan segmentasi pasar, termasuk mengembangkan paket wisata tematik, memperbaiki infrastruktur, dan memperkuat peran pelaku ekonomi kreatif lokal.
“Cirebon punya modal sejarah, kuliner, dan budaya yang luar biasa. Tapi semua itu harus dihidupkan dengan strategi yang tepat, bukan hanya berharap pada masa liburan,” ujarnya.