Bisnis.com, CIREBON - Petani di Kabupaten Cirebon kembali tagih pemerintah yang akan membantu mengeluarkan hak paten padi varietas teranyar.
Mereka merasa selama ini upaya swadaya yang dilakukan untuk mengembangkan varietas padi lokal belum mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah.
Usman Effendi, salah satu petani penemu varietas padi unggulan asal Cirebon menuturkan sudah bertahun-tahun dirinya bersama kelompok tani di wilayahnya mengembangkan varietas lokal tanpa dukungan signifikan dari pemerintah Kabupaten Cirebon.
Mereka bahkan sudah berhasil menciptakan dua varietas baru bernama UFA 1 dan UFA 2, yang kini telah digunakan oleh petani di luar negeri seperti Filipina dan Vietnam.
"Padahal ini murni hasil kerja keras kami para petani Cirebon. Kami ingin pemerintah daerah bisa membantu, minimal untuk urusan hak paten agar hasil riset dan jerih payah kami tidak diklaim pihak lain," kata Usman, Senin (5/5/2025).
Menurut Usman, varietas yang dikembangkan memiliki keunggulan dari sisi produktivitas dan ketahanan terhadap penyakit. UFA 1 dan UFA 2 disebut mampu bertahan dalam kondisi perubahan iklim ekstrem dan dapat menghasilkan panen yang lebih stabil.
Baca Juga
Kedua varietas tersebut bahkan menjadi perbincangan kalangan petani di Bali, Kalimantan, hingga Sulawesi.
“Sudah ada banyak petani dari luar Jawa yang minta bibit dan belajar ke sini. Tapi ironisnya, perhatian dari pemda justru nyaris tidak ada. Seolah kami tidak dianggap,” tambahnya.
Selain varietas UFA, Usman juga memelopori pelestarian padi hitam warisan Keraton Cirebon. Varietas ini sempat terlupakan, namun kini mulai dibudidayakan kembali secara terbatas oleh kelompok tani yang dipimpinnya.
Ia menyebutkan, padi hitam ini memiliki nilai gizi tinggi dan potensi pasar ekspor yang besar, karena dinilai lebih sehat dibanding beras putih biasa.
“Beras hitam Merak Cirebon itu dulu jadi simbol kebesaran Keraton. Kami temukan kembali bibitnya secara turun-temurun dan kini mulai ditanam lagi. Tapi ini juga belum dilirik serius,” ujar Usman.
Menurutnya, pengembangan varietas lokal bukan hanya soal produktivitas, tapi juga tentang menjaga kedaulatan pangan dan kekayaan hayati lokal. Petani seperti dirinya disebut tak ingin hanya bergantung pada benih pabrikan atau impor yang terkadang kurang cocok dengan karakter tanah dan cuaca lokal.
Usman mengaku selama ini segala riset dan pengembangan dilakukan secara swadaya. Ia bersama rekan-rekannya menguji varietas baru dengan menggunakan metode sederhana, seperti membandingkan hasil panen, ketahanan hama, dan umur tanam. Meski tanpa fasilitas laboratorium canggih, mereka berhasil membuktikan bahwa inovasi bisa muncul dari akar rumput.
“Bayangkan kalau ada dukungan teknologi dari pemerintah. Mungkin kami bisa ciptakan lebih banyak lagi varietas unggul. Tapi saat ini, jangankan dukungan, sekadar kunjungan atau apresiasi saja belum pernah,” katanya.
Ia berharap pemerintah, khususnya Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, bisa turun tangan langsung membantu para petani penemu di Cirebon. Menurutnya, semangat para petani harus dirawat agar Jawa Barat bisa menjadi lumbung padi yang sesungguhnya.
“Kami percaya Pak Gubernur punya perhatian lebih ke petani. Kami hanya ingin bisa berdiskusi langsung, menyampaikan aspirasi. Tidak ada kepentingan pribadi. Ini murni untuk masa depan pertanian lokal,” ujarnya.
Selama ini, Usman dan kelompoknya juga kerap diundang dalam forum pertanian antar daerah untuk membagikan pengalaman. Namun ironisnya, pengakuan itu justru lebih banyak datang dari luar Cirebon. Di dalam daerah sendiri, ia menyebut peran petani penemu masih dipandang sebelah mata.
“Kami bukan hanya petani biasa, kami juga inovator. Tapi kami sadar, tanpa legalitas seperti hak paten, penemuan kami bisa dicuri kapan saja. Itu sebabnya kami sangat butuh perhatian dari pemda,” tegasnya.
Ia menyebut pengurusan hak paten kerap terhambat karena proses birokrasi yang panjang dan mahal. Menurutnya, jika pemerintah daerah benar-benar peduli, maka bisa memfasilitasi proses tersebut, setidaknya dengan menjembatani ke dinas terkait atau lembaga hak kekayaan intelektual.
“Kalau dibiarkan, kami khawatir varietas asli Cirebon akan diklaim pihak lain. Apalagi sudah banyak pihak luar yang mengaku tertarik mengembangkan varietas kami,” jelasnya.
Untuk itu, Usman dan kelompok tani di Cirebon mengajukan permohonan resmi untuk dapat bertemu langsung dengan Gubernur Jawa Barat. Mereka ingin menyampaikan hasil kerja mereka secara langsung, sekaligus mendiskusikan kemungkinan dukungan baik dari segi regulasi maupun pengembangan lanjutan.
“Silaturahmi itu penting. Kami yakin, dengan komunikasi yang baik, petani bisa punya ruang lebih besar untuk berinovasi. Jangan sampai potensi besar ini mubazir hanya karena kurangnya perhatian,” pungkasnya.
Sebelumnya, Bupati Cirebon Imron Rosyadi menyebutkan siap mengakomodir para petani di Kabupaten Cirebon yang mampu melahirkan inovasi di bidang pertanian.
Imron menambahkan, setiap warga yang mampu melahirkan inovasi harus didukung oleh pemerintah, dalam hal ini Dinas Pertanian (Distan). "Misalnya membutuhkan untuk mendapatkan hak paten, kami siap bantu," kata Imron.
Selain itu, kata Imron, dukungan untuk inovator pertanian di Kabupaten Cirebon, hasil temuannya tersebut nanti bakal dicoba di lahan milik pemerintah daerah. Menurut Imron, Pemerintah Kabupaten Cirebon memiliki ratusan hektare lahan yang tersebar di seluruh wilayah.
"Kalau hasilnya bagus, ini juga bakal menguntungkan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Cirebon. Saya berharap inovasi baru terus muncul," kata Imron.