Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tirtajati Cirebon Siapkan Sistem Gilir Hadapi Risiko Kemarau Panjang 2025

Kemarau tahun ini diyakini tidak akan mengganggu pelayanan air bersih secara signifikan, bahkan memprediksi bahwa kemarau 2025 cenderung berjenis kemarau basah.
Akses air bersih dan sanitasi merupakan bagian integral dari rumah yang aman, sehat dan layak. Akses air bersih merupakan salah satu program Habitat for Humanity./Dok. Habitat for Humanity Indonesia
Akses air bersih dan sanitasi merupakan bagian integral dari rumah yang aman, sehat dan layak. Akses air bersih merupakan salah satu program Habitat for Humanity./Dok. Habitat for Humanity Indonesia

Bisnis.com, CIREBON - Perumda Air Minum Tirtajati Kabupaten Cirebon memastikan pasokan air bersih ke pelanggan akan tetap berjalan normal selama musim kemarau 2025. 

Meski wilayah Jawa Barat, termasuk Kabupaten Cirebon, tengah memasuki awal musim kering, pihak perusahaan menyatakan telah menyiapkan sejumlah skema untuk mengantisipasi penurunan debit air di sumber-sumber utama.

Direktur Utama Perumda Air Minum Tirtajati Suharyadi menyampaikan saat ini pasokan air ke pelanggan di wilayah layanannya masih dalam kondisi lancar. Ia optimistis, kemarau tahun ini tidak akan mengganggu pelayanan air bersih secara signifikan, bahkan memprediksi bahwa kemarau 2025 cenderung berjenis kemarau basah.

"Insya Allah ini kemarau basah. Jadi walaupun secara iklim kita memasuki musim kemarau, tetapi hujan masih turun di beberapa wilayah. Itu menjadi pertanda baik bagi ketersediaan air baku," ujar Suharyadi, Selasa (17/6/2025).

Menurut Suharyadi, berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama bertahun-tahun, kemarau panjang yang berdampak serius terhadap pasokan air biasanya terjadi setiap empat tahun sekali. 

Dengan asumsi tersebut, pihaknya menganggap musim kemarau 2025 masih tergolong aman dan bisa dikelola dengan baik.

"Kita memang setiap tahun mengalami musim kemarau, dan berdasarkan siklus, kemarau panjang biasanya terjadi empat tahun sekali. Artinya, kita tidak dalam kondisi kritis saat ini," jelasnya.

Namun demikian, Perumda Air Minum Tirtajati tidak tinggal diam. Sejumlah skenario darurat telah dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan terburuk apabila kondisi cuaca berubah dan berdampak terhadap ketersediaan air baku dari sumber-sumber utama.

Salah satu strategi yang sudah disiapkan adalah pembagian zona layanan menjadi dua hingga tiga zona di cabang tertentu, yang memungkinkan diterapkannya sistem distribusi bergilir apabila debit air menurun drastis.

"Kalau memang nanti terjadi kemarau panjang dan pasokan air mulai terganggu, kita sudah siapkan sistem gilir. Cabang yang besar bisa dibagi menjadi dua atau tiga zona, sehingga pelayanan tetap bisa dilakukan meski bergantian," kata Suharyadi.

Mekanisme ini, menurutnya, sudah pernah diterapkan pada tahun-tahun sebelumnya saat kemarau panjang melanda sebagian besar wilayah Kabupaten Cirebon. Masyarakat pun dinilai cukup adaptif terhadap pola distribusi air bergilir sepanjang informasi diberikan secara terbuka dan tepat waktu.

Hingga pertengahan Juni 2025, layanan distribusi air ke rumah-rumah pelanggan Perumda Air Minum Tirtajati dilaporkan masih berjalan lancar. Beberapa titik sumber air seperti sumur dalam dan intake sungai belum menunjukkan penurunan signifikan dari sisi volume maupun tekanan air.

Selain itu, Suharyadi juga menyebut beberapa wilayah yang sebelumnya sempat menjadi titik rawan kekeringan kini sudah mendapat perhatian lebih melalui penambahan pompa dan perbaikan jaringan pipa.

"Kami terus melakukan evaluasi dan pemeliharaan. Beberapa titik lemah sudah diperkuat. Jadi semoga pelanggan tidak lagi mengalami gangguan seperti tahun-tahun sebelumnya," katanya.

Meski pasokan air dinyatakan masih normal, Suharyadi tetap mengimbau masyarakat untuk tetap bijak dalam menggunakan air selama musim kemarau berlangsung. Ia berharap masyarakat ikut menjaga keberlanjutan sumber air dengan tidak boros dan menghindari praktik pemborosan di rumah tangga.

“Air adalah kebutuhan bersama. Mari kita gunakan dengan bijak, apalagi saat musim kemarau. Jangan sampai karena satu dua pihak boros, masyarakat lain jadi terdampak,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper