Bisnis.com, GARUT- Sekitar 209 hektare lahan pertanian padi di Kabupaten Garut kini berada dalam kondisi darurat akibat serangan hama tikus yang semakin meluas.
Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kabupaten Garut Ahmad Firdaus mengatakan, hingga Senin (23/6/2025), hama tikus telah menyerang sekitar 46 hektare lahan secara aktif, dikategorikan sebagai serangan ringan.
Namun, terdapat tambahan 163 hektare lahan yang sudah berada dalam status waspada, tersebar di sepuluh kecamatan, termasuk Kecamatan Tarogong Kidul.
“Ancaman ini tidak bisa dihadapi secara individu. Diperlukan kerja kolektif, kompak, dan pengendalian yang dilakukan dalam hamparan luas serta berkelanjutan,” kata Firdaus, Selasa (24/6/2025).
Firdaus juga menekankan, perlindungan tanaman merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, petani, dan seluruh pemangku kepentingan di sektor pertanian.
Pengendalian dilakukan dengan metode emposan tikus, yakni teknik pengasapan menggunakan bahan aktif belerang yang dimasukkan ke dalam lubang aktif tempat tikus bersarang. Asap dari belerang tersebut menyebar di bawah tanah dan mematikan koloni tikus secara menyeluruh.
Baca Juga
Langkah ini dinilai cukup efektif jika dilakukan serempak di seluruh area pertanian yang terdampak. Terlebih, tikus merupakan hama dengan daya adaptasi tinggi dan pergerakan cepat, sehingga pengendalian harus dilakukan dalam skala luas dan dengan intensitas yang konsisten.
Ahmad menjelaskan, pengendalian hama tikus ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang pemerintah untuk menjaga produktivitas lahan sawah dan mendorong pencapaian swasembada pangan daerah.
“Dinas Pertanian sudah menyiapkan bahan pengendalian untuk Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) utama seperti tikus, penggerek batang padi, wereng batang coklat, penyakit kresek, dan blas. Upaya ini agar setiap padi yang ditanam bisa dipanen optimal,” kata Ahmad.
Kabupaten Garut selama ini dikenal sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Barat. Ancaman tikus terhadap ratusan hektare sawah bukan hanya soal gangguan panen, melainkan menyangkut stabilitas pasokan beras di wilayah Priangan Timur.
Dalam konteks lebih luas, ketahanan pangan nasional juga menjadi taruhannya. Bila daerah-daerah produksi utama mulai terganggu akibat hama, maka harga bahan pangan pokok seperti beras bisa mengalami lonjakan yang sulit dikendalikan.
Dinas Pertanian Kabupaten Garut berharap semua kecamatan ikut melakukan kegiatan serupa. Tanpa gerakan serentak dan terpadu, mustahil menekan populasi hama tikus yang dikenal cepat berkembang biak dan sangat merusak.
“Jangan tunggu sampai tanaman rusak. Gerak cepat adalah kunci,” ujar Ahmad.