Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemarau Basah Dinilai Untungkan Petani di Kabupaten Cirebon

Para petani di Kabupaten Cirebon mengaku diuntungkan dengan adanya fenomena kemarau basah yang mulai dirasakan sejak Juni 2025.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, CIREBON - Para petani di Kabupaten Cirebon mengaku diuntungkan dengan adanya fenomena kemarau basah yang mulai dirasakan sejak Juni 2025.

Petani menyebutkan, kondisi cuaca yang tidak terlalu kering justru menjadi peluang emas untuk mempertahankan produktivitas pertanian. Hal ini terutama bagi mereka yang mengandalkan sumber air dari tadah hujan atau irigasi terbatas.

Salah satu petani di Kecamatan Plered, Usman Effendi mengatakan terbantu dengan kondisi kemarau basah. 

"Biasanya kalau sudah masuk musim kemarau, tanah cepat retak dan kering. Tapi sekarang meski sudah kemarau, masih suka turun hujan. Itu cukup untuk menjaga kelembapan tanah,” ujarnya, Kamis (10/7/2025).

Usman yang mengelola lahan sawah seluas sekitar 1 hektare menjelaskan tanaman padinya tetap tumbuh subur. Hujan yang turun setiap tiga atau empat hari sekali, menurutnya, membantu proses pemupukan dan perkembangan akar tanaman.

Ia bahkan memperkirakan panen periode ini bisa mencapai 6 ton gabah kering panen (GKP) per hektare, atau sedikit lebih tinggi dibanding musim sebelumnya.

Selain itu, kondisi kemarau basah juga tidak mengganggu pola tanam yang telah dirancang para petani. Sebagian besar petani justru lebih fleksibel menyikapi situasi ini. 

“Biasanya kalau musim kemarau murni, kami harus pompa air dari sungai. Tapi sekarang hujan sudah cukup untuk membantu,” ujar Darsa.

Tidak hanya petani padi dan palawija, petani hortikultura di wilayah dataran tinggi Cirebon seperti Kecamatan Sedong juga merasakan manfaat kemarau basah. 

Salah satunya adalah Sri Lestari (49) petani cabai rawit. Menurutnya, kemarau basah membantu menjaga kestabilan suhu dan kelembaban, yang sangat dibutuhkan tanaman cabai agar tidak mudah rontok atau busuk.

“Biasanya kalau kemarau terlalu panas, daun cepat kering, buah bisa rusak. Sekarang cuaca agak sejuk karena masih ada hujan kecil, jadi cabai tumbuh bagus,” katanya. 

Kabupaten Cirebon menargetkan produksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 528.824 ton dan produksi beras sebesar 339.029 ton sepanjang tahun 2025. 

Namun hingga Mei 2025, capaian produksi masih jauh dari target. Realisasi sementara menunjukkan baru 165.495 ton GKG dan 106.099 ton beras yang berhasil diproduksi.

Meski demikian, Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon optimistis capaian tersebut akan meningkat secara signifikan karena pada Juni hingga Juli mendatang akan memasuki masa panen raya. 

Periode ini menjadi momentum penting untuk mengejar ketertinggalan produksi dan memperkuat ketahanan pangan lokal.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Samsina menjelaskan realisasi produksi gabah dan beras hingga Mei masih berada di bawah setengah dari target tahunan. 

"Untuk GKG baru mencapai 165.495 ton dari target 528.824 ton, dan untuk beras baru 106.099 ton dari target 339.029 ton. Ini memang belum separuh, tapi perlu dicatat bahwa siklus panen utama baru akan berlangsung pada Juni-Juli,” ujar Samsina.

Ia menambahkan, selisih produksi gabah saat ini sebesar 388.482 ton dan produksi beras defisit 249.056 ton. Meski angka tersebut tampak signifikan, namun belum mencerminkan capaian tahunan secara menyeluruh.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper